BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia. Upaya tersebut harus sesuai dengan pengajaran yang tepat agar semua peseta didik dapat menerima pelajaran dengan baik, terkait dengan hal ini maka pengajaran dengan paradigm lama harus diubah dengan arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah agar proses belajar mengajar mampu meningkatkan kerjasama antara siswa dengan guru serta antara siswa dengan siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak pernah lepas dari interaksi dari keduanya maka guru hendaknya menyediakan situasi yang nyaman bagi siswa. Terkain dengan hal tersebut maka guru dituntut mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan efektif . hal ini dilatarbelakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai pendekatan pembelajaran dapat digunakan oleh pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran?
1.2.2 Apakah jenis-jenis dari pendekatan pembelajaran?
1.2.3 Apakah cirri-ciri dari pendekatan pembelajaran?
1.3 Tujuan Penuliasan
1.3.1 Mengetahui pengertian atau definisi dari pendekatan pembelajaran secara lebih jelas baik dari pengertian dari para ahli maupun secara umum.
1.3.2 Mampu membedakan jenis-jenis dari pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan pembelajaran di sekolah, dan menambah wawasan menegenai pengertian dan penjelasan dari setiap jenis pendekatan tersebut.
1.3.3 Mengetahui cirri-ciri dari pendekatan pembelajaran yang nantinya harus mampu di terapkan oleh para pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Untuk memahami pengertian dari Pendekatan Pembelajaran maka perlu dipahami arti dari masing-masing kalimat tersebut,
1. Depdikbud (1990: 180)
Pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2. Depdikbud (1991:192)
Secara teknis, pendekatan dapat pula diartikan sebagai cara pandang persoalan, dalam hal ini pendekatan dijadikan sebuah teori landasan untuk menganalisis persoalan.
3. Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25) bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”.
4. H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, “pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”.
5. Sukintaka (2004:55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang memiliki sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Sedangkan menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984:5) Pendekatan pembaelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan Pembelajaran sebagai dokumen tetap, yaitu suatu kerangka umum dalam Praktek professional guru yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembanga.
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai ,perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setip pokok mata pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
2.2 Jenis – Jenis Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Konsep dan Proses
Ø Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam pendekatan konsep mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendektan konsep adalah :
1. Membentuk kesiapan belajar, kematangan berfikir sesuai dengan kematangan lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan pesepsi yang benar dan mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai yang abstrak.
Ø Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya.
2. Pendekatan Deduktif – Induktif
Ø Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus (Sagala, 2010:76). Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005). Major (2006) menyatakan, dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
Ø Pendekatan Induktif
Dalam konteks pembelajaran pendekatan induktif adalah pendekatan pembelajaran yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta., prinsip atau aturan. Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
3. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ekpositori adalah suatu pendekatan yang bertolok dari pandangan ,bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar.dalam perbedaan ini menunjukan guru berperan lebih aktif, sedangkan siswanya berperan lebih pasif. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya bersifat satu arah. Oleh karena itu, kegiatan belajr siswa kurang optimal sebab terbatas pada pendengaran uraian guru, mencatat dan sekali- sekali bertanya .Guru yang kreatif biasanya memberikan informasi dan penjelasan dengan menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan bahan ajar lainya.
4. Pendekatan Heuristik
Pendekatan Heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan diharapkan siswa mampu memuat kesimpulan dari data yang diberikan. Rusyan (1993:115), siswa menjadi fokus utama, berfikir logis adalah cara utama dalam menemukan sesuatu , mengaitkan hal yang sudah diketahui dengan hal yang belum diketahui oleh siswa, serta pengalaman dijadikan sebagai bahan belajar dan perkembangan mental seseorang berlangsung selama dia berpikir.
5. Pendekatan Kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sukses atau gagalnya peserta didik oleh karena itu peserta didik perlu untuk menyadari potensi kecerdasan yang dimilikinya karena setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi dan mengaktualisasikannya secara optimal. Hal ini menjadikan peran seorang guru sangat penting dalam memberikan arahan bagi siswa tentang hal cocok baginya dan penting bagi siswa sesuai tingkat kecerdasanya, dengan arahan tersebut akan membuat siswa mampu untuk bertahan dan berkembang sesuai dengan potensi kecerdasanya.
6. Pendekatan Konstruktivisme
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaran atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang telah ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
7. Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990:1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. dengan demikian STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) dalam (Poedjiadi,2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator sehingga informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini mencakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah.
8. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna melalui pengalaman yang dialami dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, tetapi proses pembelajaran yang lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang bervariasi dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001:8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan (kognitif) dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam suatu permasalahan dengan menghadapkan langsung anak didik pada permasalahan, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
Djamarah dan Zain (2006:54) beberapa pendekatan yang dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Pendekatan Individu
Pendekatan individu merupakan pendekatan langsung yang dilakukan guru terhadap peserta didik untuk memecahkan kasus anak didik tersebut. Kedudukan guru dalam pendekatan individu bersifat membantu yang berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa perencanaan kegiatan belajar, pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa dan fasilitas yang mempermudah belajar Dimyati dan Mudjiono (2002:163).
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianyademi terciptanya kegiatan belajar mengajar
3. Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi olehsetiap anak didik dalam belajar ada bermacam-macam, seperti perbedaan motivasi belajar, ada peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada yang rendah.
Pendekatan berdasarkan kurikulun atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam Sup Tahun 1994 dapat dibagi menjadi 7, yaitu Djamarah dan Zain,(2006:61)
1. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman merupakan suatu pendekatan yang memberikan pengalaman kepada siswa karena pengalaman adalah guru yang terbaik.Selain itu pengalaman diharapkan bersifat mendidik (Education Experience). Belajar dari pengalaman adalah dari pada sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Menurut Witherington ,ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat dari satu tujuan yang berarti bagi anak (meaningfull) secara berkelanjutan dengan kehidupan anak, interaksi dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak. Sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan.
2. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan sangat penting bagi anak yang masih kecil,karna apa bila dari kecil pembiasaan anak tersebut baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian baik pula.sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian buruk pula. Pedekatan pembiasaan member kesempatan untuk menanamkan kebiasaan baik kepada siswa.
Anak kecil tidak seperti orang dewas yang bias berfikir abstrak.mereka tidak dapat mengertikan kata-kata perumpamaan karna hal tersebut sukar dipahamai oleh anak. Oleh karna itu,untuk mengajarkan anak-anak digunakan kebiasaan yang baik sehingga hal tersebut tertanam sampai dewasa.
3. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada didalam diri seseorang.pendekatan emosional sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian seseorang karena setiap anak memiliki sifat dan tingkat emosi yang berbeda-beda.Emosi akan memberi tanggapan bila ada rangsangan dari luar diri seseorang.Baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu berupa ceramah,cerita ,sindiran, pujian, ejekan, perintah, dan lain sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk prilaku berupa sikap dan perbuatan.
4. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional adalah pendekatan yang berfungsi untuk mengembangkan akal dan rasio manusia untuk berpikir sehingga mampu mengenbangkan atau membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik.Disekolah siswa di didik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing kearah yang lebih baik sesuai dengan tingkat usia anak.Pendidikan anak dimulai dengan memberikan hal-hal konkret sampai abstrak sehingga anak lebih cepat memahami dan mengerti makna suatu pengetahuan.
5. Pendekatan Fungsional
Pendekatan Fungsional adalah pendekatan dengan meberikan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukanlah sekedar pengisi otak, tetapi piharapkan berguna bagi kehidupan anak,baik secara individual maupun sebagai mahluk sosial.
6. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan Keagamaan adalah pendekatan yang dapat membantu guru mengembangkan jiwa agama didalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dilecehkan,tetapi diyakini,dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pendekatan Kebermaknaan
Pendekatan Kebermaknaan adalah salah satu alternatif kearah pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat ,dan masa depannya
3.2 Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses memperoleh ilmu, setiap individu memiliki caranya sendiri dalam menyikapi dan bertindak terhadap proses pembelajaran. Hal ini disebut dengan Model Pembelajaran. Secara garis besar, Model Pembelajaran dikelompokkan kedalam tiga bagian yaitu:
1. Visual
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata.
2. Auditorial
Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditori ini.
3. Kinestetik
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik.
Adapun ciri-ciri pendekatan pembelajaran secara umum adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukan.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan yang paling efektif mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai mencapai sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang seorang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat sangat umum, yang di dalamnya mewadahi, memberikan inspirasi, menguatkan, serta melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu yang menciptakan interaksi antar komponen pembelajaran.
Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran dijelaskan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
1). Roy Killen, terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru.
2). Philip R. Wallace (1992:13), pendekatan pembelajaran juga dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan konserfatif dan pendekatan liberal.
3). Syaiful Sagala, membedakan pendekatan pembelajaran atas beberapa macam, yaitu : 1). Pendekatan konsep dan pendekatan proses, 2). Pendekatan deduktif dan pendekatan indktif, 3). Pendekatan ekspositori, 4). Pendekatan Heuristik, 5). Pendekatan kecerdasan, 6). Pendekatan Kontekstual.
4). Djamarah dan Zain (2006:54), membedakan pendekatan pembelajaran menjadi beberapa macam, yaitu: 1). Pendekatan individual, 2). Pendekatan kelmpok, 3). Pendekatan bervariasi, 4). Pendekatan edukatif.
5). (GBPB) Pendidikan Agama Islam Sup Tahun 1994, dbagi menjadi 7, (Djamarah dan Zain 2006:61), 1). Pendekatan pengalaman, 2). Pendekatan pembiasaan, 3). Pendekatan emosional, 4). Pendekatan rasional, 5). Pendekatan fungsional, 6). Pendekataan keagamaan, 7). Pendekatan kebermaknaan.
5). Oleh beberapa sumber menambahkan dua jenis pendekatan pembelajaran tambahan yaitu, 1). Pendekatan konstruktivisme dan pendekatan Sains, Teknologhi dan Masyarakat.
Cirri – cirri pendekatan pembelajaran secara garis besar yaitu : secara visual, auditorial dan secara kinestetik, sedangkan cirri-ciri pendekatan pembelajaran secara umum, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukan.
2). Mempertimbangkan dan memilih jalan yang paling efektif mencapai sasaran.
3). Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai mencapai sasaran.
4). Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
3.2 Saran
Untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar dalam kelas yang efektif bagi siswa maupun guru maka seorang guru sebagai falisitator tidak harus berpatokan pada satu pendekatan pembelajaran saja, seorang guru harus peka terhadap tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan, maka dengan adanya banyak pendekatan pembelajaran seorang guru haruslah mampu menerapkannya sehingga mampu menciptakan kekondusifan dalam kelas, dan menghasilkan feed back (komunikasi dua arah) yang positif terhadap siswa dan gurunya.
DAFTAR PUSTAKA
Smacepiring page 2008. Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Tersedia di http://smacepiring.wordpress.com/. Diakses pada 19 Pebruari 2008.
Rochman-unnes blog page 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif- Deduktif. Tersedia di http://rochmad-unnes.blogspot.com/. Diakses pada Januari 2008.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia. Upaya tersebut harus sesuai dengan pengajaran yang tepat agar semua peseta didik dapat menerima pelajaran dengan baik, terkait dengan hal ini maka pengajaran dengan paradigm lama harus diubah dengan arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah agar proses belajar mengajar mampu meningkatkan kerjasama antara siswa dengan guru serta antara siswa dengan siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak pernah lepas dari interaksi dari keduanya maka guru hendaknya menyediakan situasi yang nyaman bagi siswa. Terkain dengan hal tersebut maka guru dituntut mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan efektif . hal ini dilatarbelakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai pendekatan pembelajaran dapat digunakan oleh pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran?
1.2.2 Apakah jenis-jenis dari pendekatan pembelajaran?
1.2.3 Apakah cirri-ciri dari pendekatan pembelajaran?
1.3 Tujuan Penuliasan
1.3.1 Mengetahui pengertian atau definisi dari pendekatan pembelajaran secara lebih jelas baik dari pengertian dari para ahli maupun secara umum.
1.3.2 Mampu membedakan jenis-jenis dari pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan pembelajaran di sekolah, dan menambah wawasan menegenai pengertian dan penjelasan dari setiap jenis pendekatan tersebut.
1.3.3 Mengetahui cirri-ciri dari pendekatan pembelajaran yang nantinya harus mampu di terapkan oleh para pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Untuk memahami pengertian dari Pendekatan Pembelajaran maka perlu dipahami arti dari masing-masing kalimat tersebut,
1. Depdikbud (1990: 180)
Pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2. Depdikbud (1991:192)
Secara teknis, pendekatan dapat pula diartikan sebagai cara pandang persoalan, dalam hal ini pendekatan dijadikan sebuah teori landasan untuk menganalisis persoalan.
3. Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25) bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”.
4. H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, “pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”.
5. Sukintaka (2004:55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang memiliki sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Sedangkan menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984:5) Pendekatan pembaelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan Pembelajaran sebagai dokumen tetap, yaitu suatu kerangka umum dalam Praktek professional guru yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembanga.
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai ,perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setip pokok mata pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
2.2 Jenis – Jenis Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Konsep dan Proses
Ø Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam pendekatan konsep mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendektan konsep adalah :
1. Membentuk kesiapan belajar, kematangan berfikir sesuai dengan kematangan lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan pesepsi yang benar dan mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai yang abstrak.
Ø Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya.
2. Pendekatan Deduktif – Induktif
Ø Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus (Sagala, 2010:76). Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005). Major (2006) menyatakan, dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
Ø Pendekatan Induktif
Dalam konteks pembelajaran pendekatan induktif adalah pendekatan pembelajaran yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta., prinsip atau aturan. Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
3. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ekpositori adalah suatu pendekatan yang bertolok dari pandangan ,bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar.dalam perbedaan ini menunjukan guru berperan lebih aktif, sedangkan siswanya berperan lebih pasif. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya bersifat satu arah. Oleh karena itu, kegiatan belajr siswa kurang optimal sebab terbatas pada pendengaran uraian guru, mencatat dan sekali- sekali bertanya .Guru yang kreatif biasanya memberikan informasi dan penjelasan dengan menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan bahan ajar lainya.
4. Pendekatan Heuristik
Pendekatan Heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan diharapkan siswa mampu memuat kesimpulan dari data yang diberikan. Rusyan (1993:115), siswa menjadi fokus utama, berfikir logis adalah cara utama dalam menemukan sesuatu , mengaitkan hal yang sudah diketahui dengan hal yang belum diketahui oleh siswa, serta pengalaman dijadikan sebagai bahan belajar dan perkembangan mental seseorang berlangsung selama dia berpikir.
5. Pendekatan Kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sukses atau gagalnya peserta didik oleh karena itu peserta didik perlu untuk menyadari potensi kecerdasan yang dimilikinya karena setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi dan mengaktualisasikannya secara optimal. Hal ini menjadikan peran seorang guru sangat penting dalam memberikan arahan bagi siswa tentang hal cocok baginya dan penting bagi siswa sesuai tingkat kecerdasanya, dengan arahan tersebut akan membuat siswa mampu untuk bertahan dan berkembang sesuai dengan potensi kecerdasanya.
6. Pendekatan Konstruktivisme
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaran atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang telah ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
7. Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990:1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. dengan demikian STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) dalam (Poedjiadi,2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator sehingga informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini mencakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah.
8. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna melalui pengalaman yang dialami dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, tetapi proses pembelajaran yang lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang bervariasi dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001:8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan (kognitif) dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam suatu permasalahan dengan menghadapkan langsung anak didik pada permasalahan, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
Djamarah dan Zain (2006:54) beberapa pendekatan yang dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Pendekatan Individu
Pendekatan individu merupakan pendekatan langsung yang dilakukan guru terhadap peserta didik untuk memecahkan kasus anak didik tersebut. Kedudukan guru dalam pendekatan individu bersifat membantu yang berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa perencanaan kegiatan belajar, pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa dan fasilitas yang mempermudah belajar Dimyati dan Mudjiono (2002:163).
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianyademi terciptanya kegiatan belajar mengajar
3. Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi olehsetiap anak didik dalam belajar ada bermacam-macam, seperti perbedaan motivasi belajar, ada peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada yang rendah.
Pendekatan berdasarkan kurikulun atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam Sup Tahun 1994 dapat dibagi menjadi 7, yaitu Djamarah dan Zain,(2006:61)
1. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman merupakan suatu pendekatan yang memberikan pengalaman kepada siswa karena pengalaman adalah guru yang terbaik.Selain itu pengalaman diharapkan bersifat mendidik (Education Experience). Belajar dari pengalaman adalah dari pada sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Menurut Witherington ,ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat dari satu tujuan yang berarti bagi anak (meaningfull) secara berkelanjutan dengan kehidupan anak, interaksi dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak. Sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan.
2. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan sangat penting bagi anak yang masih kecil,karna apa bila dari kecil pembiasaan anak tersebut baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian baik pula.sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian buruk pula. Pedekatan pembiasaan member kesempatan untuk menanamkan kebiasaan baik kepada siswa.
Anak kecil tidak seperti orang dewas yang bias berfikir abstrak.mereka tidak dapat mengertikan kata-kata perumpamaan karna hal tersebut sukar dipahamai oleh anak. Oleh karna itu,untuk mengajarkan anak-anak digunakan kebiasaan yang baik sehingga hal tersebut tertanam sampai dewasa.
3. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada didalam diri seseorang.pendekatan emosional sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian seseorang karena setiap anak memiliki sifat dan tingkat emosi yang berbeda-beda.Emosi akan memberi tanggapan bila ada rangsangan dari luar diri seseorang.Baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu berupa ceramah,cerita ,sindiran, pujian, ejekan, perintah, dan lain sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk prilaku berupa sikap dan perbuatan.
4. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional adalah pendekatan yang berfungsi untuk mengembangkan akal dan rasio manusia untuk berpikir sehingga mampu mengenbangkan atau membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik.Disekolah siswa di didik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing kearah yang lebih baik sesuai dengan tingkat usia anak.Pendidikan anak dimulai dengan memberikan hal-hal konkret sampai abstrak sehingga anak lebih cepat memahami dan mengerti makna suatu pengetahuan.
5. Pendekatan Fungsional
Pendekatan Fungsional adalah pendekatan dengan meberikan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukanlah sekedar pengisi otak, tetapi piharapkan berguna bagi kehidupan anak,baik secara individual maupun sebagai mahluk sosial.
6. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan Keagamaan adalah pendekatan yang dapat membantu guru mengembangkan jiwa agama didalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dilecehkan,tetapi diyakini,dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pendekatan Kebermaknaan
Pendekatan Kebermaknaan adalah salah satu alternatif kearah pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat ,dan masa depannya
3.2 Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses memperoleh ilmu, setiap individu memiliki caranya sendiri dalam menyikapi dan bertindak terhadap proses pembelajaran. Hal ini disebut dengan Model Pembelajaran. Secara garis besar, Model Pembelajaran dikelompokkan kedalam tiga bagian yaitu:
1. Visual
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata.
2. Auditorial
Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditori ini.
3. Kinestetik
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik.
Adapun ciri-ciri pendekatan pembelajaran secara umum adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukan.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan yang paling efektif mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai mencapai sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang seorang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat sangat umum, yang di dalamnya mewadahi, memberikan inspirasi, menguatkan, serta melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu yang menciptakan interaksi antar komponen pembelajaran.
Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran dijelaskan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
1). Roy Killen, terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru.
2). Philip R. Wallace (1992:13), pendekatan pembelajaran juga dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan konserfatif dan pendekatan liberal.
3). Syaiful Sagala, membedakan pendekatan pembelajaran atas beberapa macam, yaitu : 1). Pendekatan konsep dan pendekatan proses, 2). Pendekatan deduktif dan pendekatan indktif, 3). Pendekatan ekspositori, 4). Pendekatan Heuristik, 5). Pendekatan kecerdasan, 6). Pendekatan Kontekstual.
4). Djamarah dan Zain (2006:54), membedakan pendekatan pembelajaran menjadi beberapa macam, yaitu: 1). Pendekatan individual, 2). Pendekatan kelmpok, 3). Pendekatan bervariasi, 4). Pendekatan edukatif.
5). (GBPB) Pendidikan Agama Islam Sup Tahun 1994, dbagi menjadi 7, (Djamarah dan Zain 2006:61), 1). Pendekatan pengalaman, 2). Pendekatan pembiasaan, 3). Pendekatan emosional, 4). Pendekatan rasional, 5). Pendekatan fungsional, 6). Pendekataan keagamaan, 7). Pendekatan kebermaknaan.
5). Oleh beberapa sumber menambahkan dua jenis pendekatan pembelajaran tambahan yaitu, 1). Pendekatan konstruktivisme dan pendekatan Sains, Teknologhi dan Masyarakat.
Cirri – cirri pendekatan pembelajaran secara garis besar yaitu : secara visual, auditorial dan secara kinestetik, sedangkan cirri-ciri pendekatan pembelajaran secara umum, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukan.
2). Mempertimbangkan dan memilih jalan yang paling efektif mencapai sasaran.
3). Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai mencapai sasaran.
4). Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
3.2 Saran
Untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar dalam kelas yang efektif bagi siswa maupun guru maka seorang guru sebagai falisitator tidak harus berpatokan pada satu pendekatan pembelajaran saja, seorang guru harus peka terhadap tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan, maka dengan adanya banyak pendekatan pembelajaran seorang guru haruslah mampu menerapkannya sehingga mampu menciptakan kekondusifan dalam kelas, dan menghasilkan feed back (komunikasi dua arah) yang positif terhadap siswa dan gurunya.
DAFTAR PUSTAKA
Smacepiring page 2008. Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Tersedia di http://smacepiring.wordpress.com/. Diakses pada 19 Pebruari 2008.
Rochman-unnes blog page 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif- Deduktif. Tersedia di http://rochmad-unnes.blogspot.com/. Diakses pada Januari 2008.