BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, sangat banyak orang-orang yang menebalkan topeng mereka hingga sangat menutupi wujud asli dirinya, namun tanpa mereka sadari setebal apapun topeng yang mereka kenakan, mampu terbuka hanya dengan gerak-gerik atau bahasa tubuh yang mereka tunjukkan saat berkomunikasi. Gerak-gerik yang nampak atau mampu terbaca seringkali muncul dengan ketidaksengajaan ataupun dengan disengaja tetapi faktanya tidak semua orang mampu membaca secara langsung ungkapan-ungkapan yang ingin mereka sampaikan melalui gerak-gerik tersebut.
Jika ditilik dengan seksama, sangatlah banyak gerak-gerik yang nampak dalam sebuah komunikasi pribadi antar pribadi maupun kelompok, seperti gerak mata, ekspresi wajah yang selalu berubah-ubah, gerakan tangan selama melakukan komunikasi, posisi lengan, serta posisi kaki. Memerlukan keahlian khusus untuk mampu membaca bahasa tubuh lawan bicara dalam melakukan sebuah komunikasi atau bisa juga dengan cara melatih diri untuk membiasakan diri peka terhadap gerakan-gerakan lawan bicara dari dahi hingga ujung kaki saat berbicara.
Dengan memiliki keahlian dalam membaca bahasa tubuh lawan bicara, memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, seperti: mampu mencegah adanya kesalahpahaman dan misinformasi, memperkuat pengaruh komunikasi, membangun hubungan dengan lebih cepat, mengenali tanda kebohongan, mengenali adanya tanda kebosanan, mengerti apa yang tidak dikatakan dan ada dipikiran lawan bicara. Akan diperoleh sangat banyak kemudahan dalam berkomunikasi selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian dari gerak-gerik dalam berkomunikasi?
2. Apakah tujuan memahami gerak-gerik dalam berkomunikasi?
3. Apakah gesture dan macam-macam gesture?
4. Bagaimana gerak lengan dan kaki yang merupakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi?
5. Bagaimana sikap tubuh pada waktu duduk atau berjalan?
6. Bagaimanakah memadukan suatu komunikasi dengan berbagai keterampilan berkomunikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Memberikan bacaan untuk menambah wawasan yang lebih luas terkait dengan komunikasi antar pribadi khususnya bahasa nonverbal, serta manfaat dari memahami bahasa non verbal dari lawan bicara yang merupakan pesan tersembunyi yang tidak ingin disampaikan.
Memberikan pengetahuan mengenai keterampilan-keterampilan yang dapat dimasukkan dalam berkomunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gerak-Gerik atau Bahasa Tubuh dalam Berkomunikasi
Bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Dalam komunikasi nonverbal, gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa. Biasanya, isyarat nonverbal ini lebih jujur dari pada kata-kata yang keluar dari mulut manusia. Bahasa tubuh akan mengirimkan sinyal kepada pikiran bawah sadar lawan bicara. Melalui bahasa tubuh, perasaan lawan bicara akan lebih terbuka, oleh karena itu, kemampuan menginterpretasi bahasa tubuh menjadi penting untuk di kuasai, baik dalam hubungan relasi personal maupun bisnis.
Berikut ini beberapa pengertian dari Bahasa Tubuh menurut beberapa ahli:
1. Alo Liliweri dalam buku “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”
Menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan sebagian perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi nonverbal “gerak tubuh” atau yang disebut kinesik.
2. David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan”
Mengungkapkan bahwa bahasa tubuh mampu menyingkapkan topeng-topeng kita. Apa yang dapat menerobos topeng yang kita pakai adalah “isyarat yang bocor”, isyarat yang sebenarnya tidak ingin kita berikan namun tidak dapat terkontrol. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya dengan baik. Banyak isyarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda dapat melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan latihan.
Berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya dapat diutarakan lewat ucapan saja, melalui gaya bahasa tubuh, seseorang pun dapat menilai serta memahami apa yang anda maksud, begitu juga sebaliknya. Bahasa tubuh juga membantu seseorang untuk mengambil simpati orang lain. Selama anda dapat mempergunakan bahasa tubuh yang baik serta menarik, lawan bicara anda juga akan merasa nyaman dan senang berinteraksi dengan anda.
Beberapa lambang bahasa tubuh yang sering terjadi dalam sebuah komunikasi diantaranya adalah :
1. Merasa senang atau bahagia dapat diwujudkan dengan tersenyum
2. Saat melotot bisa diartikan sedang marah
3. Saat berjongkok atau gemeteran dapat diartikan sedang ketakutan atau tegang karna suatu hal
4. Memegang kepala sambil menjambaknya dapat menandakan prustasi
5. Sebuah anggkan diartikan sebagai suatu persetujuan
6. Menggelengkan kepala dapat diartikan sebagai tanda tidak setuju atau prihatin
7. Kedipan mata dapat menunjukan sebuak keintiman
8. Menaikkan alis atau membelalakkan mata mengisyaratkan sedang tidak mempercayai akan sesuatu hal
2.2 Tujuan Memahami Gerak-Gerik dalam Berkomunikasi
Dengan mengetahui apa arti bahasa tubuh, anda dapat melihat perasaan seseorang yang sebenarnya, walaupun mereka tidak ingin mengatakannya. Bahasa tubuh kedengarannya seperti sebuah kontradiksi. Biasanya saat berkomunikasi kita berbicara melalui mulut. Namun penelitian menemukan bahwa gerak-gerik tubuh dalam berkomunikasi benar-benar sebuah bahasa. Mungkin jika dibayangkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang terdiri dari gerak isyarat tubuh disengaja dan tanda-tanda dari alam bawah sadar yang tidak disadari. Beberapa diantaranya merupakan gerakan-gerakan gugup yang cepat, merupakan tanda-tanda kecil yang hanya dapat ditangkap melalui pengawasan yang cermat. Ada beberapa tujuan yang dapat dirasakan dengan mampu memahami gerak-gerik lawan bicara saat berkomunikasi, diantaranya:
1. Untuk menghindari kesalahpahaman dan misinformasi.
2. Untuk memperkuat pengaruh komunikasi.
3. Untuk membangun hubungan dengan lebih cepat.
4. Untuk mengenali tanda kebohongan.
5. Untuk mengenali adanya tanda kebosanan.
6. Untuk mengerti apa yang tidak dikatakan dan ada dipikiran lawan bicara.
Dengan memahami gerak-gerik dalam berkomunikasi akan menciptakan sebuah keinginan untuk memperbaiki bahasa tubuh kita sendiri, agar hubungan komunikasi lebih kuat terjalin, memperbaiki gerak-gerik tubuh kita disini artinya menyesuaikan gerak-gerik kita dengan ungkapan nonverbal dari lawan bicara.
2.3 Gesture dalam Berkomunikasi
Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Dapat dilihat bahwa ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara.
Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi, (Ekman dan Friesen) mengkategorikan gerakan tubuh sebagai:
1. Emblem
Gerakan mata tertentu, merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
2. Ilustrator
Tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini
merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Ilustrator memiliki 8 bentuk, antara lain:
1. Batons : Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu pada pesan yang disampaikan.
2. Ideographs : Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.
3. Deitic Movements : Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.
4. Apatial Movements : Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.
5. Kinetographs : Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.
6. Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu.
7. Pictographs : Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.
8. Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal tertentu.
3. Adaptor
Gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik, ada beberapa contoh dari jenis-jenis adaptor:
1. Self adaptor, Menggaruk kepala, menunjukkan kebingungan
2. Alter adaptor, Mengusap kepala orang lain sebagai tanda kasih sayang.
4. Regulator
Gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi, mengkoordinasi interaksi dengan seksama.
Contoh: menggunakan kontak mata sebagai tanda untuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicara dan mendengarkan orang lain.
5. Affect Display
Menggambarkan emosi dan perasaan. Wajah merupakan media yang digunakan dalam affect display untuk menunjukkan reaksi terhadap pesan yang direspon.
6. Sentuhan
bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati, dan sebagainya.
7. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang.
8. dll
Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh, memungkinkan seseorang mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang baik pula. Seseorang bahkan dapat menjadi pemimpin yang handal dengan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Selain itu, dengan memahami bahasa tubuh yang diberikan oleh orang lain, seseorang dapat terhindar dari isyarat pesan palsu yang akan merugikan. Bila telah menyadari manfaat bahasa tubuh dalam berkomunikasi, maka seseorang akan mampu memonitor dirinya sendiri.
2.4 Gerak Lengan dan Kaki dalam Berkomunikasi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa lengan tersilang didepan merupakan tanda sikap membela diri, menjaga dan melindungi diri dan melawan dari “serangan” atas sikap, kata-kata atau tindakan yang diperkirakan akan muncul, sedangkan lengan terbuka atau terbentang merupakan tanda keterbukaan dan penerimaan atas diri kita.
Pada umumnya letak kaki yang resmi mengikuti adat menunjukkan sikap formal, letak kaki yang leluasa menunjukkan sikap leluasa, kaki-kaki yang tegang entah rapat atau bersilang menandakan sikap tegang atau tidak setuju akan suasana yang ada atau ucapan dan sikap orang lain.
2.5 Sikap tubuh pada waktu duduk atau berjalan.
Sikap pada waktu duduk dan berjalan yang berbeda menunjukkan keadaan hati dan perasaan yang berbeda pula, seperti tenang atau gelisah, sabar atau tidak sabar, akrab atau bermusuhan, menguasai atau mengalah, tunduk atau melawan. Semua itu dinyatakan dengan cara duduk dan cara berjalan tertentu, sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Maka kita perlu mempelajari kebiasaan-kebiasaan sikap pada waktu duduk agar mengenal dan mampu berkomunikasi dengan dia dengan baik.
Posisi badan yang baik mencakup:
1. Duduk dengan badan menghadap kepada orang lain
2. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
3. Responsive dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala persetujuan atau pemahaman atau kerutan dahi tanda tidak mengerti
4. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sekali-kali condong ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan (with-ness) dengan klien
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
1. Duduk dengan badan dan kepala tidak menghadap klien
2. Membungkuk
3. Dudukdengan sangat terpaku dalam arti posisinya kaku tanpa gerak
4. Gelisah atau tidak tenang (resah)
5. Asyik dengan tangan, kertas, dan kuku tangan
6. Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
7. Memukul-mukul dan menggerakkan terus-menerus tangan dan lengan
8. Tanpa ekspresi wajah (wajah tidak menunjukkan perasaan) terlalu banyak tersenyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak tepat
2.6 Memadukan berbagai keterampilan
Kita perlu menyadari bahwa satu gerak tubuh, entah lewat mata atau cara berjalan, baru merupakan satu segi dari keseluruhan unsure dalam komunikasi nonverbal. Satu gerak tubuh dapat kita samakan dengan satu kata dalam bahasa verbal. Seperti satu kata hanya dapat ditangkap artinya dalam keseluruhan kalimat, demikian juga satu gerak tubuh hanya dapat dimengerti dalam keseluruhan gerak-gerik tubuh yang mendahului, menyertai, dan mengikutinya. Maka setiap gerak tubuh yang diutarakan di atas perlu ditafsirkan dalam keseluruhan rangkaian gerak-gerik tubuh lainnya.
Gabungan gerak-gerik tubuh, merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang isi hati orang yang sebenarnya. Gerak-gerik tubuh saling berhubungan satu sama lain. Maka penafsiran harus diletakkan dalam keseluruhan rangkaian gerak-gerik tubuh itu. Satu gerak-gerik tubuh harus cocok dengan keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Rangkaian gerak dapat dinyatakan tanda-tanda seperti, keterbukaan, menjaga diri, penilaian, kecurigaan, ragu-ragu, takut, kerahasiaan, kesedihan, peneguhan, kekecewaan, kepercayaan diri, keunggulan diri, kebingungan, kemajuan, penguasaan diri, kegairahan. Pada waktu kita menafsirkan rangkaian gerak-gerik tubuh berbeda dari orang ke orang, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dan dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, untuk menguasai berbagai rangkaian gerak itu kita perlu membuat pengamatan atas orang-orang yang kita ajak bicara dengan memperhatikan kebiasaan, suku dan latar belakang budayanya. Dengan demikian membaca bahasa tubuh merupakan usaha untuk terus menerus mengamati, menganalisis, dan menafsirkan secara berantai. Hasilnya tidak pernah akan tuntas, dan selalu masih dapat diperdalam.
Namun berbagai catatan, bahasa tubuh bukanlah bahasa yang pasti pengertiannya. Bahasa tubuh selalu merupakan penafsiran. Maka hasil penafrisan janganlah kita jadikan batu pijak yang pasti untuk memberikan persepsi terhadap lawan bicara kita. Penafsiran kita masih perlu kita cek dengan orang-orang yang bersangkutan. Paling sedikit bahasa tuhan yang kita tanggkap dari artinya kita tafsirkan, kita dapat mengajukan pertanyaan untuk mencapai keterangan, kejelsan atau malah koreksi atau umpan balik yang kita buat atas bahasa tubuh kita.
Dari uraian ini jelas dari kecakapan kita untuk menangkap nada suara dan bahasa tubuh yang dipergunakan untuk orang-orang yang kita ajak bicara pada waktu mereka berbicara dengan kita,membantu untuk kita mengerti maksud yang hendak mereka bicara dengan kita, membantu kita untuk mengerti maksud yang hendak merek sampaikan kepada kita secara lebih penuh. Sedaang kecakapan kita tentang memanfaatkan nada suara dan bahasa tubuh untuk dalam pembicaraan dengan mereka memperlancar pembicaraan kita dan memperjelas maksud yang hendak kita disampaikan. Disini lah kekhasan Komunikasi Atar Pribadi, bahwa komunikasi itu tidak sekedar berwawancara, tetapi wawancara yang dilandasi oleh pembahasan pribadi.
Selanjutnya Humsaker dan Alessandra ( 1986:27-30) menyebutkan beberapa pegangan yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut :
1. Jangan mendengarkan dan berbicara pada waktu bersamaan.
Pegangan ini paling keras diabaikan. Kecenderungan untuk menambahkan pandangan kepada pembicaraan, dan memberi komentar pada waktu pembicaraan berlangsung, tanpa menunggu orang lain selesai berbicara, dapat mengganggu si pembicara dan memperlambat pembicaraan. Akibatnya kita tidak dapat menangkap seluru pembicaraan dan kurang mengerti maksud si pembicara secara penuh.
2. Dengarkan gagasan pokok pembicara.
Waktu mendengar kata-kata, uraian-uraian, data atau fakta yang dikemukakanoleh si pembicara kepada kita, kita perlu menangkap gagasan pokoknya. Karena dengan demikian kita mampu menangkap inti hal yang ingin diuraikan.
3. Peka terhadap perasaan sendiri.
Waktu mendengarkan orang lain, kita perlu berusaha agar menyadari dan mengatasi prasangka kita, entah prasangka karna rasa, keyakinan atau nilai yang kita pegang, karena dengan cara itu kita mengembangkan keterbukaan kita.
4. Lawanlah hal-hal yang mudah mengganggu konsentrasi.
Di tengah-tengah gangguan suara deringan handphone, orang disekitar, kita berusaha memusatkan perhatian pada kata-kata, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan orang yang berbicara dengan kita. Dengan terus menerus praktek konsentrasi mendengarkan di tengah-tengah gangguan-gangguan itu, kita akan meningkatakan kemampuan konsentrasi kita.
5. Berusaha untuk tidak marah.
Emosi pada umumnya sudah mengganggu proses mendengarkan, apalagi marah. Waktu kita mendengarkan orang lain, kita berusaha agar hati kita bersih dari emosi, terutama amarah. Karenan dengan marah, selain kegiatan medengarkan marah teganggu, kita juga merusak suasana pembicara.
6. Memcatat
Daya ingat kita terbatas, maka pada waktu mendengarkan, pada saat dan cara yang tepat, penting kita membuat catatan. Tentu saja tidak perlu catatan perkata, cukun dengan gagasan pokoknya saja. Namun sebelumnya ada baiknya meminta persetujuan kepada si pembicara dan hasilnya kita kembalikan.
7. Membiarkan orang lain mengungkapkan isi hati dan pikiran terlebih dahulu.
Dengan cara ini kita dibantu untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang diutarakan orang kepada kita dan kita terhindar dari memberi tanggapan yang tidak dibutuhkan.
8. Berusaha memasuki jiwa orang yang berbicara.
Dengan cara ini kita akan mampu memahami perasaan si pembicara bahkan mampu membuat kita merasakan hal yang sama denganya dan dapat menanggapi secara cepat. Dengan kata lain kita akan mencapai tujuan bersama yang kita inginkan.
9. Jangan mengadili
Dalam pembicaraan dengan orang lain, kita berusaha memisahkan hasil yang diuraikan dengan orang lain dan cara mengutarakan. Kecuali kita perlu berusaha untuk menangkap konteks yang diambil oleh pembicara pada waktu mengutarakan kata, atau kalimat-kalimat tertentu, sebelum kita menilai isi dan maksudnya.
10. Tanggapilah isi pembicara dan bukan orang yang berbicara
Karena tanpa pembedaan dalam menanggapi itu, kita akan terlalu cepat menerima gagasan orang yang kita sukai atau menolak ide orang tidak kita sukai.
11. Perhatikanlah emosi yang menyertai pembicara, dan bukan hanya isi pembicaraan
Pada waktu berbicara dengan orang lain, kita perlu berusaha memperhatikan 4 hal berikut :
1. Bagaimana perasaan orang yang berbicara dengan kita ?
2. Apa yang dia maksud dengan mengatakan hal yang dia katakana kepada kita ?
3. Mengapa dia mengatakan hal itu ?
4. Apa yang tersirat dalam hal yang dikatakan itu ?
12. Mintalah tanggapan
Sebelum kita hendak menanggapi orang lain yang berbicara denga kita, kita perlu menanyakan kepadanya apakah penangkapan kita atas isi pembicaraan dan perasaan yang menyertai benar. Kita juga perlu bertanya apakah dia mempunyai tanggapan atas hal-hal yang sudah kita katakana kepadanya.
13. Dengar dengan penuh perhatian
Mendengar dengan penuh perhatian tidak hanya berhenti pada sikap, tetapi wujudkan dalam tindakan, seperti, badan condong ke depan sedikit, kontak pandangan yang lembut dan teratur, anggukan kepala atau rawut wajah yang cocok, member tanggapan dan ungkapkan “ya” atau “oh”. Ungkapan-ungkapan singkat ini juga merupakan penguatan minimal. Tujuan adalah untuk memberi kesinambungan percakapan kita. Jika komunikator tidak bisa member penguatan minimal seperti tersebut di atas, sering komunikasi terputus-putus. Ini tertentu memerlukan seni dalam menerapkannya.
14. Mendengarkan yang efektif
Pada waktu mendengarkan orang lain, kita perlu memisahkan isi dari kulitnya. Dengan menangkap isi itu kita dapat menanggapi pesan secara tepat. Dalam hal ini selektivitas dari pendengar mutlak diperlukan. Pembicaraa akan efektif dan mengenai sasaran, jika kita mampu mengenali informasi dengan jelas serta memberikan umpan balik cara yang komunikatif, ada 10 cara menjadi pendengar yang efektif, yaitu:
1. Memperhatikan pembicara pada saat berbicara (attending dan menjaga eye contact)
2. Simak isi pembicaraan bukan pembicaranya.
3. Tunjukkan pemahaman terhadap isi pembicaran dengan merespon dengan komentar positif.
4. Hindari memberikan perhatian semu saat berkomunikasi.
5. Tenang dan sabar, hindari memotong pembicaraan dengan tergesa-gesa.
6. Hindari mengalihkan pembicaraan.
7. Hindari rasa sok tau dengan mencoba meneruskan apa yang akan diucapkan oleh pembicara.
8. Kesalahan dalam membuat kesimpulan dini.
9. Ajukan pertanyaan bila memerlukan penjelasan.
10. Tunjukkan dukungan bahwa anda siap membantu pembicara.
15. Membangun Kepercayaan
Kemungkinan kegagalan dalam berkomunikasi tidak disebabkan oleh cara yang telah dilakukan karena pada kenyataannya cara-cara tersebut sudah diperbaiki berkali-kali agar menjadi lebih baik dari sebelumnya namun tetap saja gagal atau ditolak. Pertanyaan yang muncul “bagian mana yang salah?, apa yang salah?” Bisa saja yang sebenarnya bermasalah adalah personal. Penolakan didasarkan oleh tidak diterimanya diri komunikator oleh komunikan, “mengapa?” karena tidak adanya nilai dan kepercayaan yang komunikator berikan bagi mereka, sehingga tidak adanya keuntungan yang dirasakan oleh komunikan.
Kemudian bagaimana komunikator membangun kepercayaan itu?
Pastikan saat akan melakukan komunikasi telah melakukan Down-Payment untuk harapan kita, dengan hati dan kesungguhan.
1. Dengan niat baik saja tidak cukup bila cara penyampaiannya salah.
2. Dengan cara yang baik tidak juga cukup apabila niatnya idak baik.
Maka harus adanya niat yang baik serta cara yang benar untuk menjalin kepercayaan komunikan untuk melanjutkan komunikasi.
Perlu disadari bahwa manusia memiliki 7 sikap dasar atau motivasi dalam melakukan sesautu:
1. Rasa Pamrih
Setiap orang memiliki rasa pamrih dan hanya tergerak untuk bertindak, tertarik atau menerima sesuatu jika ada manfaat bagi dirinya.
2. Ingin diperhatikan
Setiap orang ingin diperhatikan, didengar, dipahami sikapnya dan pendapatnya saat berbicara.
3. Ingin diakui
Setiap orang ingin diakui keberadaannya dengan meminta atau dimintai pendapat serta saran-saran.
4. Tidak mau disalahkan
Setiap orang tidak mau disalahkan dan dipermalukan, ingin didengar alasannya atas sikap dan hasil kerjanya.
5. Tidak senang dibantah
Setiap orang tidak akan senang dibantah, ditentang dan dipermalukan terlebih lagi didepan umum mengenai pendapat serta sikap yang ditunjukannya.
6. Tidak senang digurui
Semua orang tidak akan senang digurui atau didikte, diperintah tanpa alas an yang jelas.
7. Senang dipuji
Setiap orang akan merasa senang jika dipuji atas sikap, tindakan, pendapat serta prestasi yang telah dicapai atau dilakukannya sebagai sebuah penghargaan bagi dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berkomunikasi memang sering diartikan sebuah percakapan dari mulut ke mulut, saling memberikan umpan balik atau feedback, namun tidak hanya dengan berbicara dari mulut ke mulut saja yang merupakan komunikasi, tetapi adanya komunikasi nonverbal atau komunikasi dengan penekanan pada bahasa tubuh yang mengantarkan pesar tak langsung dari lawan bicara.
Pesan yang disampaikan melalui bahasa tubuh itulah yang harus cermat dibaca, karena bahasa tubuh merupakan bagian paling jujur dari sebuh komunikasi, bahasa tubuh mampu membedakan komunikasi yang dilakukan sudah jujur ataukah penuh dengan kepura-puraan, maka perlunya keterampilan atau pelatihan khusus untuk mampu membaca gerak-gerik tubuh saat melakukan sebuah komunikasi dan keahlian tersebut akan sangat membantu kita dalam menjalin hubungan yang lebih kuat saat berkomunikasi.
3.2 Saran
Bahasa tubuh dalam bekomunikasi memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan kepercayaan seseorang dan membangun sebuah hubungan yang baik dengan orang lain, akan tetapi untuk mencapai hal tersebut diperlukan keahlian dalam menggunakan dan menafsirkan bahasa tubuh.
Untuk dapat menggunakan bahasa tubuh dengan baik, seseorang sebaiknya peka dalam memperhatikan bahasa non verbal palsu, menjaga jarak yang wajar, menggunakan sentuhan yang tepat dengan lawan bicara, menghormati status dengan kontak mata, serta mampu memahami setiap gerak nyata yang merupakan kejujuran tak terungkap dari lawan bicara sehinggan bisa menimbulkan sikap empati.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, sangat banyak orang-orang yang menebalkan topeng mereka hingga sangat menutupi wujud asli dirinya, namun tanpa mereka sadari setebal apapun topeng yang mereka kenakan, mampu terbuka hanya dengan gerak-gerik atau bahasa tubuh yang mereka tunjukkan saat berkomunikasi. Gerak-gerik yang nampak atau mampu terbaca seringkali muncul dengan ketidaksengajaan ataupun dengan disengaja tetapi faktanya tidak semua orang mampu membaca secara langsung ungkapan-ungkapan yang ingin mereka sampaikan melalui gerak-gerik tersebut.
Jika ditilik dengan seksama, sangatlah banyak gerak-gerik yang nampak dalam sebuah komunikasi pribadi antar pribadi maupun kelompok, seperti gerak mata, ekspresi wajah yang selalu berubah-ubah, gerakan tangan selama melakukan komunikasi, posisi lengan, serta posisi kaki. Memerlukan keahlian khusus untuk mampu membaca bahasa tubuh lawan bicara dalam melakukan sebuah komunikasi atau bisa juga dengan cara melatih diri untuk membiasakan diri peka terhadap gerakan-gerakan lawan bicara dari dahi hingga ujung kaki saat berbicara.
Dengan memiliki keahlian dalam membaca bahasa tubuh lawan bicara, memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, seperti: mampu mencegah adanya kesalahpahaman dan misinformasi, memperkuat pengaruh komunikasi, membangun hubungan dengan lebih cepat, mengenali tanda kebohongan, mengenali adanya tanda kebosanan, mengerti apa yang tidak dikatakan dan ada dipikiran lawan bicara. Akan diperoleh sangat banyak kemudahan dalam berkomunikasi selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian dari gerak-gerik dalam berkomunikasi?
2. Apakah tujuan memahami gerak-gerik dalam berkomunikasi?
3. Apakah gesture dan macam-macam gesture?
4. Bagaimana gerak lengan dan kaki yang merupakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi?
5. Bagaimana sikap tubuh pada waktu duduk atau berjalan?
6. Bagaimanakah memadukan suatu komunikasi dengan berbagai keterampilan berkomunikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Memberikan bacaan untuk menambah wawasan yang lebih luas terkait dengan komunikasi antar pribadi khususnya bahasa nonverbal, serta manfaat dari memahami bahasa non verbal dari lawan bicara yang merupakan pesan tersembunyi yang tidak ingin disampaikan.
Memberikan pengetahuan mengenai keterampilan-keterampilan yang dapat dimasukkan dalam berkomunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gerak-Gerik atau Bahasa Tubuh dalam Berkomunikasi
Bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Dalam komunikasi nonverbal, gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa. Biasanya, isyarat nonverbal ini lebih jujur dari pada kata-kata yang keluar dari mulut manusia. Bahasa tubuh akan mengirimkan sinyal kepada pikiran bawah sadar lawan bicara. Melalui bahasa tubuh, perasaan lawan bicara akan lebih terbuka, oleh karena itu, kemampuan menginterpretasi bahasa tubuh menjadi penting untuk di kuasai, baik dalam hubungan relasi personal maupun bisnis.
Berikut ini beberapa pengertian dari Bahasa Tubuh menurut beberapa ahli:
1. Alo Liliweri dalam buku “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”
Menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan sebagian perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi nonverbal “gerak tubuh” atau yang disebut kinesik.
2. David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan”
Mengungkapkan bahwa bahasa tubuh mampu menyingkapkan topeng-topeng kita. Apa yang dapat menerobos topeng yang kita pakai adalah “isyarat yang bocor”, isyarat yang sebenarnya tidak ingin kita berikan namun tidak dapat terkontrol. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya dengan baik. Banyak isyarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda dapat melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan latihan.
Berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya dapat diutarakan lewat ucapan saja, melalui gaya bahasa tubuh, seseorang pun dapat menilai serta memahami apa yang anda maksud, begitu juga sebaliknya. Bahasa tubuh juga membantu seseorang untuk mengambil simpati orang lain. Selama anda dapat mempergunakan bahasa tubuh yang baik serta menarik, lawan bicara anda juga akan merasa nyaman dan senang berinteraksi dengan anda.
Beberapa lambang bahasa tubuh yang sering terjadi dalam sebuah komunikasi diantaranya adalah :
1. Merasa senang atau bahagia dapat diwujudkan dengan tersenyum
2. Saat melotot bisa diartikan sedang marah
3. Saat berjongkok atau gemeteran dapat diartikan sedang ketakutan atau tegang karna suatu hal
4. Memegang kepala sambil menjambaknya dapat menandakan prustasi
5. Sebuah anggkan diartikan sebagai suatu persetujuan
6. Menggelengkan kepala dapat diartikan sebagai tanda tidak setuju atau prihatin
7. Kedipan mata dapat menunjukan sebuak keintiman
8. Menaikkan alis atau membelalakkan mata mengisyaratkan sedang tidak mempercayai akan sesuatu hal
2.2 Tujuan Memahami Gerak-Gerik dalam Berkomunikasi
Dengan mengetahui apa arti bahasa tubuh, anda dapat melihat perasaan seseorang yang sebenarnya, walaupun mereka tidak ingin mengatakannya. Bahasa tubuh kedengarannya seperti sebuah kontradiksi. Biasanya saat berkomunikasi kita berbicara melalui mulut. Namun penelitian menemukan bahwa gerak-gerik tubuh dalam berkomunikasi benar-benar sebuah bahasa. Mungkin jika dibayangkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang terdiri dari gerak isyarat tubuh disengaja dan tanda-tanda dari alam bawah sadar yang tidak disadari. Beberapa diantaranya merupakan gerakan-gerakan gugup yang cepat, merupakan tanda-tanda kecil yang hanya dapat ditangkap melalui pengawasan yang cermat. Ada beberapa tujuan yang dapat dirasakan dengan mampu memahami gerak-gerik lawan bicara saat berkomunikasi, diantaranya:
1. Untuk menghindari kesalahpahaman dan misinformasi.
2. Untuk memperkuat pengaruh komunikasi.
3. Untuk membangun hubungan dengan lebih cepat.
4. Untuk mengenali tanda kebohongan.
5. Untuk mengenali adanya tanda kebosanan.
6. Untuk mengerti apa yang tidak dikatakan dan ada dipikiran lawan bicara.
Dengan memahami gerak-gerik dalam berkomunikasi akan menciptakan sebuah keinginan untuk memperbaiki bahasa tubuh kita sendiri, agar hubungan komunikasi lebih kuat terjalin, memperbaiki gerak-gerik tubuh kita disini artinya menyesuaikan gerak-gerik kita dengan ungkapan nonverbal dari lawan bicara.
2.3 Gesture dalam Berkomunikasi
Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Dapat dilihat bahwa ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara.
Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi, (Ekman dan Friesen) mengkategorikan gerakan tubuh sebagai:
1. Emblem
Gerakan mata tertentu, merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
2. Ilustrator
Tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini
merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Ilustrator memiliki 8 bentuk, antara lain:
1. Batons : Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu pada pesan yang disampaikan.
2. Ideographs : Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.
3. Deitic Movements : Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.
4. Apatial Movements : Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.
5. Kinetographs : Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.
6. Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu.
7. Pictographs : Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.
8. Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal tertentu.
3. Adaptor
Gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik, ada beberapa contoh dari jenis-jenis adaptor:
1. Self adaptor, Menggaruk kepala, menunjukkan kebingungan
2. Alter adaptor, Mengusap kepala orang lain sebagai tanda kasih sayang.
4. Regulator
Gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi, mengkoordinasi interaksi dengan seksama.
Contoh: menggunakan kontak mata sebagai tanda untuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicara dan mendengarkan orang lain.
5. Affect Display
Menggambarkan emosi dan perasaan. Wajah merupakan media yang digunakan dalam affect display untuk menunjukkan reaksi terhadap pesan yang direspon.
6. Sentuhan
bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati, dan sebagainya.
7. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang.
8. dll
Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh, memungkinkan seseorang mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang baik pula. Seseorang bahkan dapat menjadi pemimpin yang handal dengan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Selain itu, dengan memahami bahasa tubuh yang diberikan oleh orang lain, seseorang dapat terhindar dari isyarat pesan palsu yang akan merugikan. Bila telah menyadari manfaat bahasa tubuh dalam berkomunikasi, maka seseorang akan mampu memonitor dirinya sendiri.
2.4 Gerak Lengan dan Kaki dalam Berkomunikasi
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa lengan tersilang didepan merupakan tanda sikap membela diri, menjaga dan melindungi diri dan melawan dari “serangan” atas sikap, kata-kata atau tindakan yang diperkirakan akan muncul, sedangkan lengan terbuka atau terbentang merupakan tanda keterbukaan dan penerimaan atas diri kita.
Pada umumnya letak kaki yang resmi mengikuti adat menunjukkan sikap formal, letak kaki yang leluasa menunjukkan sikap leluasa, kaki-kaki yang tegang entah rapat atau bersilang menandakan sikap tegang atau tidak setuju akan suasana yang ada atau ucapan dan sikap orang lain.
2.5 Sikap tubuh pada waktu duduk atau berjalan.
Sikap pada waktu duduk dan berjalan yang berbeda menunjukkan keadaan hati dan perasaan yang berbeda pula, seperti tenang atau gelisah, sabar atau tidak sabar, akrab atau bermusuhan, menguasai atau mengalah, tunduk atau melawan. Semua itu dinyatakan dengan cara duduk dan cara berjalan tertentu, sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Maka kita perlu mempelajari kebiasaan-kebiasaan sikap pada waktu duduk agar mengenal dan mampu berkomunikasi dengan dia dengan baik.
Posisi badan yang baik mencakup:
1. Duduk dengan badan menghadap kepada orang lain
2. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
3. Responsive dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala persetujuan atau pemahaman atau kerutan dahi tanda tidak mengerti
4. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sekali-kali condong ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan (with-ness) dengan klien
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
1. Duduk dengan badan dan kepala tidak menghadap klien
2. Membungkuk
3. Dudukdengan sangat terpaku dalam arti posisinya kaku tanpa gerak
4. Gelisah atau tidak tenang (resah)
5. Asyik dengan tangan, kertas, dan kuku tangan
6. Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
7. Memukul-mukul dan menggerakkan terus-menerus tangan dan lengan
8. Tanpa ekspresi wajah (wajah tidak menunjukkan perasaan) terlalu banyak tersenyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak tepat
2.6 Memadukan berbagai keterampilan
Kita perlu menyadari bahwa satu gerak tubuh, entah lewat mata atau cara berjalan, baru merupakan satu segi dari keseluruhan unsure dalam komunikasi nonverbal. Satu gerak tubuh dapat kita samakan dengan satu kata dalam bahasa verbal. Seperti satu kata hanya dapat ditangkap artinya dalam keseluruhan kalimat, demikian juga satu gerak tubuh hanya dapat dimengerti dalam keseluruhan gerak-gerik tubuh yang mendahului, menyertai, dan mengikutinya. Maka setiap gerak tubuh yang diutarakan di atas perlu ditafsirkan dalam keseluruhan rangkaian gerak-gerik tubuh lainnya.
Gabungan gerak-gerik tubuh, merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang isi hati orang yang sebenarnya. Gerak-gerik tubuh saling berhubungan satu sama lain. Maka penafsiran harus diletakkan dalam keseluruhan rangkaian gerak-gerik tubuh itu. Satu gerak-gerik tubuh harus cocok dengan keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Rangkaian gerak dapat dinyatakan tanda-tanda seperti, keterbukaan, menjaga diri, penilaian, kecurigaan, ragu-ragu, takut, kerahasiaan, kesedihan, peneguhan, kekecewaan, kepercayaan diri, keunggulan diri, kebingungan, kemajuan, penguasaan diri, kegairahan. Pada waktu kita menafsirkan rangkaian gerak-gerik tubuh berbeda dari orang ke orang, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dan dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, untuk menguasai berbagai rangkaian gerak itu kita perlu membuat pengamatan atas orang-orang yang kita ajak bicara dengan memperhatikan kebiasaan, suku dan latar belakang budayanya. Dengan demikian membaca bahasa tubuh merupakan usaha untuk terus menerus mengamati, menganalisis, dan menafsirkan secara berantai. Hasilnya tidak pernah akan tuntas, dan selalu masih dapat diperdalam.
Namun berbagai catatan, bahasa tubuh bukanlah bahasa yang pasti pengertiannya. Bahasa tubuh selalu merupakan penafsiran. Maka hasil penafrisan janganlah kita jadikan batu pijak yang pasti untuk memberikan persepsi terhadap lawan bicara kita. Penafsiran kita masih perlu kita cek dengan orang-orang yang bersangkutan. Paling sedikit bahasa tuhan yang kita tanggkap dari artinya kita tafsirkan, kita dapat mengajukan pertanyaan untuk mencapai keterangan, kejelsan atau malah koreksi atau umpan balik yang kita buat atas bahasa tubuh kita.
Dari uraian ini jelas dari kecakapan kita untuk menangkap nada suara dan bahasa tubuh yang dipergunakan untuk orang-orang yang kita ajak bicara pada waktu mereka berbicara dengan kita,membantu untuk kita mengerti maksud yang hendak mereka bicara dengan kita, membantu kita untuk mengerti maksud yang hendak merek sampaikan kepada kita secara lebih penuh. Sedaang kecakapan kita tentang memanfaatkan nada suara dan bahasa tubuh untuk dalam pembicaraan dengan mereka memperlancar pembicaraan kita dan memperjelas maksud yang hendak kita disampaikan. Disini lah kekhasan Komunikasi Atar Pribadi, bahwa komunikasi itu tidak sekedar berwawancara, tetapi wawancara yang dilandasi oleh pembahasan pribadi.
Selanjutnya Humsaker dan Alessandra ( 1986:27-30) menyebutkan beberapa pegangan yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut :
1. Jangan mendengarkan dan berbicara pada waktu bersamaan.
Pegangan ini paling keras diabaikan. Kecenderungan untuk menambahkan pandangan kepada pembicaraan, dan memberi komentar pada waktu pembicaraan berlangsung, tanpa menunggu orang lain selesai berbicara, dapat mengganggu si pembicara dan memperlambat pembicaraan. Akibatnya kita tidak dapat menangkap seluru pembicaraan dan kurang mengerti maksud si pembicara secara penuh.
2. Dengarkan gagasan pokok pembicara.
Waktu mendengar kata-kata, uraian-uraian, data atau fakta yang dikemukakanoleh si pembicara kepada kita, kita perlu menangkap gagasan pokoknya. Karena dengan demikian kita mampu menangkap inti hal yang ingin diuraikan.
3. Peka terhadap perasaan sendiri.
Waktu mendengarkan orang lain, kita perlu berusaha agar menyadari dan mengatasi prasangka kita, entah prasangka karna rasa, keyakinan atau nilai yang kita pegang, karena dengan cara itu kita mengembangkan keterbukaan kita.
4. Lawanlah hal-hal yang mudah mengganggu konsentrasi.
Di tengah-tengah gangguan suara deringan handphone, orang disekitar, kita berusaha memusatkan perhatian pada kata-kata, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan orang yang berbicara dengan kita. Dengan terus menerus praktek konsentrasi mendengarkan di tengah-tengah gangguan-gangguan itu, kita akan meningkatakan kemampuan konsentrasi kita.
5. Berusaha untuk tidak marah.
Emosi pada umumnya sudah mengganggu proses mendengarkan, apalagi marah. Waktu kita mendengarkan orang lain, kita berusaha agar hati kita bersih dari emosi, terutama amarah. Karenan dengan marah, selain kegiatan medengarkan marah teganggu, kita juga merusak suasana pembicara.
6. Memcatat
Daya ingat kita terbatas, maka pada waktu mendengarkan, pada saat dan cara yang tepat, penting kita membuat catatan. Tentu saja tidak perlu catatan perkata, cukun dengan gagasan pokoknya saja. Namun sebelumnya ada baiknya meminta persetujuan kepada si pembicara dan hasilnya kita kembalikan.
7. Membiarkan orang lain mengungkapkan isi hati dan pikiran terlebih dahulu.
Dengan cara ini kita dibantu untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang diutarakan orang kepada kita dan kita terhindar dari memberi tanggapan yang tidak dibutuhkan.
8. Berusaha memasuki jiwa orang yang berbicara.
Dengan cara ini kita akan mampu memahami perasaan si pembicara bahkan mampu membuat kita merasakan hal yang sama denganya dan dapat menanggapi secara cepat. Dengan kata lain kita akan mencapai tujuan bersama yang kita inginkan.
9. Jangan mengadili
Dalam pembicaraan dengan orang lain, kita berusaha memisahkan hasil yang diuraikan dengan orang lain dan cara mengutarakan. Kecuali kita perlu berusaha untuk menangkap konteks yang diambil oleh pembicara pada waktu mengutarakan kata, atau kalimat-kalimat tertentu, sebelum kita menilai isi dan maksudnya.
10. Tanggapilah isi pembicara dan bukan orang yang berbicara
Karena tanpa pembedaan dalam menanggapi itu, kita akan terlalu cepat menerima gagasan orang yang kita sukai atau menolak ide orang tidak kita sukai.
11. Perhatikanlah emosi yang menyertai pembicara, dan bukan hanya isi pembicaraan
Pada waktu berbicara dengan orang lain, kita perlu berusaha memperhatikan 4 hal berikut :
1. Bagaimana perasaan orang yang berbicara dengan kita ?
2. Apa yang dia maksud dengan mengatakan hal yang dia katakana kepada kita ?
3. Mengapa dia mengatakan hal itu ?
4. Apa yang tersirat dalam hal yang dikatakan itu ?
12. Mintalah tanggapan
Sebelum kita hendak menanggapi orang lain yang berbicara denga kita, kita perlu menanyakan kepadanya apakah penangkapan kita atas isi pembicaraan dan perasaan yang menyertai benar. Kita juga perlu bertanya apakah dia mempunyai tanggapan atas hal-hal yang sudah kita katakana kepadanya.
13. Dengar dengan penuh perhatian
Mendengar dengan penuh perhatian tidak hanya berhenti pada sikap, tetapi wujudkan dalam tindakan, seperti, badan condong ke depan sedikit, kontak pandangan yang lembut dan teratur, anggukan kepala atau rawut wajah yang cocok, member tanggapan dan ungkapkan “ya” atau “oh”. Ungkapan-ungkapan singkat ini juga merupakan penguatan minimal. Tujuan adalah untuk memberi kesinambungan percakapan kita. Jika komunikator tidak bisa member penguatan minimal seperti tersebut di atas, sering komunikasi terputus-putus. Ini tertentu memerlukan seni dalam menerapkannya.
14. Mendengarkan yang efektif
Pada waktu mendengarkan orang lain, kita perlu memisahkan isi dari kulitnya. Dengan menangkap isi itu kita dapat menanggapi pesan secara tepat. Dalam hal ini selektivitas dari pendengar mutlak diperlukan. Pembicaraa akan efektif dan mengenai sasaran, jika kita mampu mengenali informasi dengan jelas serta memberikan umpan balik cara yang komunikatif, ada 10 cara menjadi pendengar yang efektif, yaitu:
1. Memperhatikan pembicara pada saat berbicara (attending dan menjaga eye contact)
2. Simak isi pembicaraan bukan pembicaranya.
3. Tunjukkan pemahaman terhadap isi pembicaran dengan merespon dengan komentar positif.
4. Hindari memberikan perhatian semu saat berkomunikasi.
5. Tenang dan sabar, hindari memotong pembicaraan dengan tergesa-gesa.
6. Hindari mengalihkan pembicaraan.
7. Hindari rasa sok tau dengan mencoba meneruskan apa yang akan diucapkan oleh pembicara.
8. Kesalahan dalam membuat kesimpulan dini.
9. Ajukan pertanyaan bila memerlukan penjelasan.
10. Tunjukkan dukungan bahwa anda siap membantu pembicara.
15. Membangun Kepercayaan
Kemungkinan kegagalan dalam berkomunikasi tidak disebabkan oleh cara yang telah dilakukan karena pada kenyataannya cara-cara tersebut sudah diperbaiki berkali-kali agar menjadi lebih baik dari sebelumnya namun tetap saja gagal atau ditolak. Pertanyaan yang muncul “bagian mana yang salah?, apa yang salah?” Bisa saja yang sebenarnya bermasalah adalah personal. Penolakan didasarkan oleh tidak diterimanya diri komunikator oleh komunikan, “mengapa?” karena tidak adanya nilai dan kepercayaan yang komunikator berikan bagi mereka, sehingga tidak adanya keuntungan yang dirasakan oleh komunikan.
Kemudian bagaimana komunikator membangun kepercayaan itu?
Pastikan saat akan melakukan komunikasi telah melakukan Down-Payment untuk harapan kita, dengan hati dan kesungguhan.
1. Dengan niat baik saja tidak cukup bila cara penyampaiannya salah.
2. Dengan cara yang baik tidak juga cukup apabila niatnya idak baik.
Maka harus adanya niat yang baik serta cara yang benar untuk menjalin kepercayaan komunikan untuk melanjutkan komunikasi.
Perlu disadari bahwa manusia memiliki 7 sikap dasar atau motivasi dalam melakukan sesautu:
1. Rasa Pamrih
Setiap orang memiliki rasa pamrih dan hanya tergerak untuk bertindak, tertarik atau menerima sesuatu jika ada manfaat bagi dirinya.
2. Ingin diperhatikan
Setiap orang ingin diperhatikan, didengar, dipahami sikapnya dan pendapatnya saat berbicara.
3. Ingin diakui
Setiap orang ingin diakui keberadaannya dengan meminta atau dimintai pendapat serta saran-saran.
4. Tidak mau disalahkan
Setiap orang tidak mau disalahkan dan dipermalukan, ingin didengar alasannya atas sikap dan hasil kerjanya.
5. Tidak senang dibantah
Setiap orang tidak akan senang dibantah, ditentang dan dipermalukan terlebih lagi didepan umum mengenai pendapat serta sikap yang ditunjukannya.
6. Tidak senang digurui
Semua orang tidak akan senang digurui atau didikte, diperintah tanpa alas an yang jelas.
7. Senang dipuji
Setiap orang akan merasa senang jika dipuji atas sikap, tindakan, pendapat serta prestasi yang telah dicapai atau dilakukannya sebagai sebuah penghargaan bagi dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berkomunikasi memang sering diartikan sebuah percakapan dari mulut ke mulut, saling memberikan umpan balik atau feedback, namun tidak hanya dengan berbicara dari mulut ke mulut saja yang merupakan komunikasi, tetapi adanya komunikasi nonverbal atau komunikasi dengan penekanan pada bahasa tubuh yang mengantarkan pesar tak langsung dari lawan bicara.
Pesan yang disampaikan melalui bahasa tubuh itulah yang harus cermat dibaca, karena bahasa tubuh merupakan bagian paling jujur dari sebuh komunikasi, bahasa tubuh mampu membedakan komunikasi yang dilakukan sudah jujur ataukah penuh dengan kepura-puraan, maka perlunya keterampilan atau pelatihan khusus untuk mampu membaca gerak-gerik tubuh saat melakukan sebuah komunikasi dan keahlian tersebut akan sangat membantu kita dalam menjalin hubungan yang lebih kuat saat berkomunikasi.
3.2 Saran
Bahasa tubuh dalam bekomunikasi memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan kepercayaan seseorang dan membangun sebuah hubungan yang baik dengan orang lain, akan tetapi untuk mencapai hal tersebut diperlukan keahlian dalam menggunakan dan menafsirkan bahasa tubuh.
Untuk dapat menggunakan bahasa tubuh dengan baik, seseorang sebaiknya peka dalam memperhatikan bahasa non verbal palsu, menjaga jarak yang wajar, menggunakan sentuhan yang tepat dengan lawan bicara, menghormati status dengan kontak mata, serta mampu memahami setiap gerak nyata yang merupakan kejujuran tak terungkap dari lawan bicara sehinggan bisa menimbulkan sikap empati.