Teknik Non Testing dalam Layanan BK
1 Methode Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan, maka alat yang paling penting dalam observasi ini adalah panca indra. Observasi bertujuan untuk menghimpun data atau informasi menganai prilaku siswa, proses bimbingan, interaksi kompenen-kompenen yang terdapat dalam suatu proses bimbingan dan konseling, maupun situasi-situasi lain yang kita hadapi. Karena banyaknya masalah yag harus diobservasi, maka langkah pertama yang harus ditentukan adalah tujuan pelaksanaan dan materi observasi itu sendiri. Atas dasar tujuan itulah maka kita dapat menetukan prosedur yang akan kita guanakan, adapun dibedakan jenis-jenis observasi berdasarkan tiga hal, yaitu:
1. Berdasarkan situasi yang diobservasi,
Observasi jika dilihat dari situasi yang diobservasi, Jersild dan Meigs, membedakannya menjadi 3 yaitu:
a. Free Situation Observasy
Observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya pengamatan yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang yang sedang bermain di halaman atau siswa yang sedang belajar di kelas.
b. Manipulated Situation Observasy
Observasi yang dilakukan dengan situasi yang telah dirancang sebelumnya oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variable. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa, maka siswa-siswa tersebut disuruh membentuk beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberikan tugas tertentu. Selama mereka bekerja dalam kelompok, diadakan observasi mengenai cara mereka mengerjakan tugas tersebut sehingga diketahui bagaimana kepemimpinan mereka dalam sebuah kelompok. Jadi dalam hal ini, situasi kerja kelompok tersebut tidak terjadi secara wajar melainkan sengaja ditimbulkan oleh pengobservasi.
c. Partialy Cintrolled Observasy
Jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi yang telah dijelaskan diatas “Wrightstone” (1977,hal.118)
2. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi
Observasi jika dilihat dari keterlibatan konselor dalam kegiatan observasi, dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Observasi partisipasi (participative observation)
Pada prosedur ini si pengamat turut serta dalam situasi atau kegiatan yang diobservasi. Umpamanya kita turut serta dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, proses belajar –mengajar dan sebagainya. Prosedur ini mempunyai keuntungan, yakni subjek yang diobservasi tidak merasa bahwa dirinya sedang diobservasi, sehingga prilaku mereka akan Nampak wajar. Kelemahanyan adalah bahwa dalam observasi tdak selalu dapat dilaksanakan pada saat observasi dilaksanankan.
b. Observasi non partisipasi
Dalam observasi ini pengamat tidak turut seerta dalam situasi kegiatan yang diobservasi. Umpamanya kita melakukan observasi terhadap proses konseking. Prosedur ini mempunya kenutungan, yakni si pengamat akan lebih teliti, dan informasi atau data yang kita peroleh dapat dicatat secara langsung pada saat itu. Agar data van diperoleh melalui observasi ini dapat dipercaya kebenaranya, maka terlebih dahulu dipersiapkan mengenai pedoman observasi yang berisikan tujuan, aspek –aspek yang diobservasi, sasaran yang akan diobservasi, waktu pelaksanaanya, pelaksanaannya, serta pertanyaan serta butir-butir pernyataan yang mengambarkan prilaku yang akan diobservasi. Untuk memudahkan hal ini, dapat digunakan pula pencatatan dengan check list, atau alat lain seperti tape recorder. Dengan cara ini opservasi akan mudah;; dalam mencatat hasil observasinya.
3. Berdasarkan pencatatan hasil observasi
a. Observasi Berstruktur
Dikatakan observasi berstruktur, apabila aspek-aspek tungkah laku yang diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis (Observasi Sistematis), bentuk catatan yang sistematis tersebut dibedakan menjadi dua jenis catatan yaitu: Daftar Cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating scale).
b. Observasi tak berstruktur
Dikatakan observasi tak berstruktur apabila didalam melaksanakan suatu kegiatan observasi tidak menyiapkan daftar terlebih dahulutentang aspek-aspek yang akan diobservasi, maka dalam pencatatan dilakukan langsung oleh pengobservasi dalam suatu kegiatan observasi. Pencatatan langsung seperti itu sebenarnya lebih fleksibel karena memungkinkan adanya variasi yang lebih besar dalam observasi. Pencatatan ini biasanya berupa rekaman tingkah laku responden di dalam situasi tertentu.
2 Daftar Cek (Check List)
Dalam daftar cek, semua aspek yang akan diamati atau diobservasi dijabarkan dalam satu daftar. Sehingga pada saat observasi tinggal membubuhkan tanda ceck atau tanda – tanda lain. Bentuk daftar ini ada yang bersifat individual dan kelompok.
3 Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian hampir sama dengan daftar cek, tetapi aspek yang dicetak ditetapkan dalam bentuk skala. Karena merupakan skala, maka penilaian bergerak dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Misalnya dari selalu sampai tidak pernah atau seorang siswa yang semasa kecilnya rajin setelah dia beranjak dewasa mengenal yang namanya pergaulan sifatnya bias berubah menjadi malas. Bentuk skala penilaian ada dua macam yaitu skala penilaian deskriptif, pada bentuk ini aspek – aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternative, misalnya selalu, sering, jarang, samapi pada titik pernah. Bentuk kedua adalah skala penilaian grafik, pada bentuk ini aspek – aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk bilangan atau kuantitatif, misalnya untuk alternative tertinggi diberi nilai 5 sedangkan untuk alternative terendah diberi skor 1.
4 Angket (Quetioners)
1 Pengertian Questioners
Questioners atau Kuisioner adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan diharapkan pula jawaban dalam bentuk tertulis. Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode kuisioner adalah: data tentang latar belakang individu dan aspek-aspek kepribadian.
2 Jenis-jenis Questioners
1. Menurut Subjek
Menurut subjek atau respondenya, questioners dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Quetioners Langsung
Dikatakan Quetioners tidak langsung apabila responden tersebut adalah orang yang secara langsung kita inginkan datanya. Misalnya apabila kita menginginkan data mengenai cara belajar siswa dirumah, maka quetionersnya kita berikan langsung pada siswa yang bersangkutan.
b. Quetioners Tidak Langsung
Questioner ini merupakan kebalikan dari questioners langsung, karena responden dari Quetioners tak langsung adalah orang lain untuk mendapatkan data tentang orang lain, misalnya: kita menginginkan data tentang cara belajar siswa belajar dirumah, maka questioners dapat kita berikan kepada oang tua atau wali murid untuk mengamati siswa bersangkutan dirumah.
2. Menurut Bnetuk Pertanyaan yang Digunakan
a. Quetioners terbuka
Dikatakan questions terbuka apabila responden diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menuliskan jawaban terhadap suatu pertanyaan tertentu.
b. Questioners Tertutup
Dikatakan questioners tertutup apabila terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disediakan sejumlah alternative jawaban dan respnden hanya memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan. Kelemahan questioners jenis ini adalah, responden terlalu terikat kepada alternative yang telah disediakan, sehingga tidak memungkinkan adanya pilihan lain, melihat kondisi tersebut maka dapat ditempuh dengan jalan kombinasi yaitu menyediakan beberapa baris kosong dibawah alternative yang telah disediakan yang berguna untuk menuliskan jawaban responden apabila jawaban pada alternative kurang cocok baginya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan angket adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan dan penyajian pertanyaan, baik tidaknya sebuah angket tergantung pada penyajian pertanyaannya. Atas dasar itulah dalam penyusunan pertanyaan harus :
a. didahului dengan pengantar, mengemukakan tujuan penyelenggaraan angket dan permintaan untuk menjawab dengan sebenar – benarnya. Pengantar itu hendaknya disusun sedemikian rupa agar responden tidak mempunyai perasaan curiga.
b. dapat dituangkan kedalam bahasa yang jelas dan baik, serta dipahami oleh responden
2. Disusun sedemikian rupa agar tidak menyinggung perasaan responden.
a. Perlu adanya pengecean terhadap jawaban yang telah diberikan oleh responden sebab jawaban yang kita terima itu belum tentu benar semua.
b. Pengolahannya harus direncanakan / dipikirkan sejak membuat atau menyusun pertanyaan – pertanyaan itu.
5 Wawancara (Interview)
1 Pengertian Wawancara (Interview)
Interview adalah suatu cara engumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data atau responden dan responden memberikan jawaban secara lisan juga. Jenis-jenis data yang cocok dikumpulkan dengan menggunakan method interview antara lain: data identitas pribadi, latar belakang keluarga, temperament, karakter, penyesuian, sikap dan minat.
2 Jenis-Jenis Wawancara (Interview)
1. Menurut responden yang diinterview
a. Interview langsung
Dikatakan interview langsung apabila kita langsung mengadakan interview dengan individu yang ingin kita kumpulkan datanya, misalnya: kita ingin mengetahui data mengenai penggunaan waktu luang para siswa di rumah, maka yang kita intervie adalah para siswa yang bersangkutan.
b. Interview tak langsung
Dikatakan interview tidak langsung apabila interview dilakukan terhadap individu tertentu untuk mengetahui data tentang individu lainya, misalnya: untuk mengetahui data tentang penggunaan waktu luang seorang siswi kelas XII/a IPS 3, namun yang kita interview bukanlah siswi tersebut melainkan orang lain yang mengetahui penggunaan waktu luan siswi tersebut seperti orang tua/wali atau teman sepermainannya.
2. Menurut Prosedur Interview
a. Interview Berstruktur
Dikatakan interview berstruktur apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interview tersebut telah disusun dengan jelas dan terinci, catatan yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam interview, dijadikan pegangan oleh penginterview dalam melaksanakan interview (Interview Guide).
b. Interview tak berstruktur
Apabila pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam kegiatan interview tidak disusun secara terinci, oleh karena itu jika dibandingkan dengan interview berstruktur, interview ini lebih fleksibel, dalam arti lebih member kesempatan kepada penginterview untuk mengadakan variasi-variasi dalam pelaksanaan interview.
3. Menurut Situasi Interview
a. Interview Formal
Apabila interview tersebut dilakukan dalam suatu ruangan tertentu yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan interview dan antara penginterview dan interviewee terjalin hubungan yang bersifat resmi.
b. Interview Informal
Apabila interview tersebut dilaksanakan tidak di tempat yang khusus, dan antar penginterview dan interviewee tidak terjalin hubungan yang tidak resmi. Dengan demikian percakapan yang terjadi nampaknya bukan seperti percakapan klien dan konselornya, melainkan seperti percakapan biasa antara dua individual yang bersahabat.
4. Menurut Perencanaan Interview
Interview Berencana, apabila waktu dan tempat interview telah direncanakan terlebih dahulu dan perancanaan tersebut didasarkan atas kesepakatan antara klien dan konselor. Interview Insidental, apabila interview tersebut dilakukan karena kebetulan ada kesempatan yang baik untuk mengadakan interview.
Langkah-langkah yang dilakukan harus diperhatikan dalam wawancara ialah kesiapan, pembukaan, inti wawancara, penutup dan tindak lanjut (Moegeadi,1975)
1. Persiapan, sebelum kita mengadakan wawancara hendaknya lebih dahulu menetapkan data yang kita perlukan. Oleh karna itu pedoman wawancara hendaknya dibuat, dan didalamnya dimuat mengenai tujuan, subjek yang akan diwawancarai, waktu dill tempat berlangsung wawancara itu. Dengan pedoman itu data yang diperoleh akan lebih lengkapdan tersusun secara sistematik.
2. Pendahuluan atau pembukaan, setelah orang yang akan diwawancara berada dalam hadapan kita sampai saat kita mulai dengan mengajukan pertanyaan yang telah kita persiapkan sebelumnya. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan wawancara adalah sebagai berikutnya.
a. Tunjukan sikap yang ramah dan jauhilah sikap menghakimi.
b. Jelaskanlah maksud dan tujuan wawancara agar tidak terjadi prasangka yang negative.
c. Sebelum adanya terrasa adanya hubungan yang baik, janganlah tergesa – gesa mengajukan pertanyaan.
3. Inti wawancara, dalamkesempatan inilah kita mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang penting dan mengarahkan pembicaraan pada tujun yang telah ditetapkan.
4. Penutup, pada penutup wawancara, pewawancara hendaknya mengucapkan terimakasih, sehinga akan tercipta suatu hubungan yang lebih baik dimasa mendatang.
6 Methode Inventori
1. Pengertian Methode Inventori
Methode inventori adalah suatu method pengumpulan data yang berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sebagainya. Inventori adalah salah satu methode yang tergolong method laporan diri (personal report) atau deskripsi diri (Self descriptive), dimana dalam kegiatan inventori ini, responden diharapkan melaporkan tentang keadaan dirinya berdasarkan pertanyaan atau perintah yang terdapat di dalam instrument yang diberikan saat kegiatan inventori dilaksanakan.adapun jenis-jenis data yang cocok dikumpulkan dengan method inventori adalah data tentang: temperament, karakter, penyesuaian, sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan belajar, gambaran diri dan sebagainya.
7. Methode Sosiometri
Penggunaan sosiometri adalah untuk mengetahui gambaran tentang hubungan social atau interaksi social siswa kedalam kelompoknya, yaitu kelas. Melalui alat ini kita dapat mengetahui hubungan social antara wanita dan pria, klik dalam kelasnya, adanya anak terisolir, popular, adanya sahabat karir dan pergaulan anak dalam kelompoknya. Dengan sosiometri ini kita akan mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan layanan bimbingan kepada siswa dalam membantu interaksi sosialnya, sehingga pada akhirnya kita dapat menentukan tindak lanjut dari layanan yang telah diberikan itu.
8. Sumber Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang objektif diperlukan sumber data yang dapat memberikan keterangan , data atau informasi yang dapat dipercaya pula. Untuk itu data yang kita gali hendaknya bukan dari satu pihak saja, tetapi dari berbagai pihak yang mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah. Oleh karena itu, sumber data yang dapat kita hubungi dalam memperoleh informasi mengenai program bimbingan dan konseling adalah :
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator BP
3. Guru Bidang Study
4. Wali Kelas
5. Staf Sekolah lainnya seperti pegawai Tata Usaha
6. Siswa dan teman terdekat
7. Orang tua dan masyarakat,
8. Serta para ahli atau lembaga tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
Siapa sumber data yang perlu dihubungi ? tentunya disesuaikan dengan data atau informasi yang diperlukan sedangkan yang dapat bertindak sebagai evaluator adalah terutama coordinator bimbingan dan konseling, kepala sekolah, pemilik atau pengawas sekolah.
9. Kriteria Evaluasi
Penilaian terhadap suatu program adalah untuk menentukan suatu kebijakan atau keputusan. Keputusan seseorang kadang – kadang dipengaruhi unsure subjektivitas dirinya, karena itu untuk menghindari unsure subjectivitas diperlukan adanya rumusan criteria sebagai acuan penilaian.
Kriteria evaluasi tergantung pada tujuan dan aspek yang dievaluasikan, apakah untuk mengevaluasi rumusan programnya, kelancaran interaksi komponen – komponen program dalam proses pelaksanaannya, kemampuan professional – professional atau untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai melalui program bimbingan dan konseling di sekolah itu, baik berkenaan dengan diri siswa, guru, kepala sekolah, maupun orang tua dan masyarakat.
Bila evaluasi program bimbingan dan konseling ditujukan untuk menilai semua aspek tersebut di atas, maka diperlukan berbagai jenis dan bentuk kriterianya. Di bawah ini dikemukakan beberapa jenis criteria penilaian yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam membuat keputusan.
1. Kriteria Rumusan Program
Untuk menilai rumusan program bimbingan dan konseling dapat dilihtat dari sjauh mana program itu telah memenuhi persyaratan atau cirri – cirri program bimbingan dan konseling baik ( sebagai mana dikemukakan para alhli).sehubungan dengan kreteria rumusan program, miller ( 1961) mengemukkan bahwa program bimbingan dan konseling yang baik adalah yang bercirikan hal – hal sebagai berikut:
a. Disusun dan dikembangakan berdasarkan kebutuhan data siswa.
b. Diatur menurut skala preoritas berdasarkan kebutuhan siswa.
c. Dikembangkan secara berangsur – angsur dengan melibatkan unsure petugas.
d. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realitis.
e. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara staf pelaksanaan
f. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
g. Penyususnananya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran disekola dan yang bersangkutan .
h. Memberikan kemungkinan pelayanana pada seluruh siswa.
i. Memeperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
j. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu sendiri,kemajuan siswa yang dibimbing,dan kemajuan pengetahuan,keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya.
k. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal:
1) Pelayanan kelompok dan individual
2) Pelayanan yang diberikan oleh masing-masing guru pembimbing
3) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif
4) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling
5) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan
6) Pemberian konseling umum dan khusus
2. Kriteria pelaksanaan program
Bila penilaian terhadap program lebih ditekankan pada aspek material atau bahan masukan (input) yang tersedia,maka penilaian pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditekankan pada teknis interaksi diantara aspek-aspek itu. Beberapa pernyataan yang dapat dijadikan sebagai kreteria evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah sebegai berikut:
a. personel :
1) Semua staf bimbingan telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
2) Kemampuan yang dibutuhkan dari setiap personel mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya
3) Jumlah personel yang ada mencakupi kebutuhan sesuai dengan keadaan siswa
4) Jalur komunikasi/mekanisme kerja yang telah ditetapkan itu mendukung pelaksanaan program secara efektif dari efisien
b. jenis layanan:
1) Setiap jenis layanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
2) Semua siswa telah melayani sesuai dengan kebutuhannya
3) Semua layanan pada pelaksanaanya mengacu pada tujuan dan fungsi yang diharpkan
4) Setiap jenis layanan dalam melaksanakanya sesuai dengan prosedur semestinya
c. fasilitas:
1) Semua alat-alat administrasi yang telah ditentukan tersedia
2) Alat-alat itu digunakan sesuai dengan fungsinya
3) Fasilitas atau alat yng tersedia dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
4) Kulitas setip fasilitas itu dapat menunjang pelaksanaan setiap jenis layanan bimbingan
5) Fasilitas yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan pelaksanaan bimbingan
d. anggaran biaya
1) Anggaran biaya yang dibutuhkan tersedia
2) Pemakaian biaya tidak menyimpang dari rencana semula
3) Biaya diperoleh dari sumber dana yang tetap
3. Kriteria Keberhasilan Program
Keberhasilan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari dampak atau pengaruhnya. Keberhasilan dapat dimanifestasikan dari segi kuantitatif (yang ditandai dengan angka lulusan,keberhasilan di perguruan tinggi,formasi di suatu lembaga pekerjaan/instansi) dan kualitatif yang ditandai dengan perubahan-perubahan dan perkembangan- perkembangan prilaku subjek yang mendapat layanan bimbingan dan konseling.
Subjek utama layanan bimbinganadalah siswa,tetapi dalam perkembanganya tdak berarti layanan bagi subjek lain diabaikan. Layananan bagi subjek yang lain dilakukan karena pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan kegiatan integral dari keseluruhan proses pendidikan. Karena itu keberhasilan layanan bimbingan dan konseling itu pun dapat dilihat dampaknya pada para siswa,guru,kepala sekolah,orang tua siswa dan masyarakat,serta perkembangan sekolah itu sendiri.
Beberapa kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling yang bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan atau keputus adalah sebagai berikut:
a. Kriteria keberhasilan para siswa
Keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah ditandai dengan tercapainya tujuan program bimbingan dan konseling baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum,pelaksanaan program bimbingan konseling disekolah bertujuan agar setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling para siswa dapat mengembangkan:
1) Pemahaman diri dalam kemajuan sekolah
2) Pengetahuan tentang dunia kerja,kesempatan kerja serts merasakan tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu,sesuai dengan tingkat pendidikan yang disyaratkan
3) Kemampuan untuk memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab
Secara khusus,pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling para siswa dapat mengatasi kesulitan dalam:
1) Memahami dirinya
2) Memahami limgkumganya,meliputi lingkungan sekolah,keluarga,dan kehidupan masyarakat yang lebih luas
3) Mengidentifikasi dan memecahkan maslah yang dihadapinya
4) Menyalurkan kemampuan,minat dan bakatnya dalam bidang pendidikan,dan kemungkinaan pekerjaan secara tepat
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatan berhasil apabila para siswa mampu menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan sekolahnya
2) Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya
3) Memahami jenjang pendidikan dan prospek pendidikan yang sedang ditempuh
4) Meningkat dalam pengetahuan,keterampilan dan sikap serta nilai kehidupanya
5) Mempu merencanakan masa depanya,baik yang berhubungan dengan kelanjutan pendidikan maupun dunia kerja yang sesuai dengan bakat,minat,dan kemampuanya
6) Memahami dan menyesuailan diri dengan lingkungan sosial yang dihadapi
b. Kriteria keberhasilan bagi guru
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatakan berhasil apabila para guru menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahuai dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan disekolahnya
2) Berpartisipasi dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan peran dan tanggungjawab sebagai berikut :
a. Bersama-sama merumuskan program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan
b. Menginformasikan dan mengkomunikasikan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah pada para siswa,orang tua, dan masyarakat
c. Menhimpun data tentang siswa dan menyimpanya dengan baik
d. Mengidentifikasi para siswa yang memerlukan bantuan
e. Mengkomunikasikan keadaan siswanya pada konselor
f. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individual
g. Meneliti kemajuan belajar siswa baik disekolah maupun di luar sekolah
3) Memahami para siswa sebagai individu yang unik
4) Membantu memecahkan masalah yang dicapai oleh para siswa
5) meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar
c. Kriteria keberhasilan bagi perkembangan sekolah
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikatakan berhasil apabila ditunjukan dengan:
1) Tercapainya peningkatan keberhasilan da;am proses pembelajaran
2) Tercapinya peningkatan pencapaian tujuan institusional yang ditandai dengan:
a. Tingginya angka lulusan
b. Tingginya angka lulusan yang diterima diperguruan tinggi dan di lapangan pekerjaan
c. Rendahnya anggka yang tinggal kelas dan putus sekoah
d. Meningkatnya perkembangan intelektual,sosial dan personal siswa
3) Menigkatnya animo masyarakat unutuk menyekolahkan putera-puterinya pada sekoah yng bersangkutan
1) Kriteria keberhasilan bagi orang tua dan masyarakat
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatakan keberhasilan apabila orang tua dan masyarakat menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakn di sekolah
2) Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling yang ditandai dengan:
a. Memenuhi setiap undangan yang diberikan disekolah,terutama yang berhubungan degan pemecahan maslah yang dihadapi putera-puterinya
b. Membantu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk kelanjutan proses pendidikan pada umunya
c. Mengkomunikasikan perkembangan putera-puterinya,terutam diluar sekolah
d. Meneliti perkembanga putera-puterinya,terutama diluar sekolah
3) Memahami perkembanga putera-puterinya
4) Memahami keberhasilan belajar putera-puterinya
5) Membantu memecahkan masalah yang dihadapi putera-puterinya
6) Menyesuaikan keinginanya dengan kondisi yang dimiliki putera-puterinya,baik untuk kelanjutan studi maupun dalam memasuki kerjaanya
Untuk mempermudah pelaksanaan analisis,seorang penilai dapat melihat sampai seberapa jauh dan sekian kriteria tersebut berdampak dalam prilaku masing-masing subjek layanan. Lebih banyak prilaku yang ditunjukan masing-masing subjek sesuai dengan kriteria di atas,maka gambaran hasil atau dampak pelaksanaan program bimbingan dan konseling bisa dikatakan baik. Cara ini ialah dengan terlebih dahulu menetukan suatu nilai petokan yang harus dicapai,kemudian dibandingkan dengan pecapaianya sendiri.
1 Methode Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan, maka alat yang paling penting dalam observasi ini adalah panca indra. Observasi bertujuan untuk menghimpun data atau informasi menganai prilaku siswa, proses bimbingan, interaksi kompenen-kompenen yang terdapat dalam suatu proses bimbingan dan konseling, maupun situasi-situasi lain yang kita hadapi. Karena banyaknya masalah yag harus diobservasi, maka langkah pertama yang harus ditentukan adalah tujuan pelaksanaan dan materi observasi itu sendiri. Atas dasar tujuan itulah maka kita dapat menetukan prosedur yang akan kita guanakan, adapun dibedakan jenis-jenis observasi berdasarkan tiga hal, yaitu:
1. Berdasarkan situasi yang diobservasi,
Observasi jika dilihat dari situasi yang diobservasi, Jersild dan Meigs, membedakannya menjadi 3 yaitu:
a. Free Situation Observasy
Observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya pengamatan yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang yang sedang bermain di halaman atau siswa yang sedang belajar di kelas.
b. Manipulated Situation Observasy
Observasi yang dilakukan dengan situasi yang telah dirancang sebelumnya oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variable. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa, maka siswa-siswa tersebut disuruh membentuk beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberikan tugas tertentu. Selama mereka bekerja dalam kelompok, diadakan observasi mengenai cara mereka mengerjakan tugas tersebut sehingga diketahui bagaimana kepemimpinan mereka dalam sebuah kelompok. Jadi dalam hal ini, situasi kerja kelompok tersebut tidak terjadi secara wajar melainkan sengaja ditimbulkan oleh pengobservasi.
c. Partialy Cintrolled Observasy
Jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi yang telah dijelaskan diatas “Wrightstone” (1977,hal.118)
2. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi
Observasi jika dilihat dari keterlibatan konselor dalam kegiatan observasi, dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Observasi partisipasi (participative observation)
Pada prosedur ini si pengamat turut serta dalam situasi atau kegiatan yang diobservasi. Umpamanya kita turut serta dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, proses belajar –mengajar dan sebagainya. Prosedur ini mempunyai keuntungan, yakni subjek yang diobservasi tidak merasa bahwa dirinya sedang diobservasi, sehingga prilaku mereka akan Nampak wajar. Kelemahanyan adalah bahwa dalam observasi tdak selalu dapat dilaksanakan pada saat observasi dilaksanankan.
b. Observasi non partisipasi
Dalam observasi ini pengamat tidak turut seerta dalam situasi kegiatan yang diobservasi. Umpamanya kita melakukan observasi terhadap proses konseking. Prosedur ini mempunya kenutungan, yakni si pengamat akan lebih teliti, dan informasi atau data yang kita peroleh dapat dicatat secara langsung pada saat itu. Agar data van diperoleh melalui observasi ini dapat dipercaya kebenaranya, maka terlebih dahulu dipersiapkan mengenai pedoman observasi yang berisikan tujuan, aspek –aspek yang diobservasi, sasaran yang akan diobservasi, waktu pelaksanaanya, pelaksanaannya, serta pertanyaan serta butir-butir pernyataan yang mengambarkan prilaku yang akan diobservasi. Untuk memudahkan hal ini, dapat digunakan pula pencatatan dengan check list, atau alat lain seperti tape recorder. Dengan cara ini opservasi akan mudah;; dalam mencatat hasil observasinya.
3. Berdasarkan pencatatan hasil observasi
a. Observasi Berstruktur
Dikatakan observasi berstruktur, apabila aspek-aspek tungkah laku yang diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis (Observasi Sistematis), bentuk catatan yang sistematis tersebut dibedakan menjadi dua jenis catatan yaitu: Daftar Cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating scale).
b. Observasi tak berstruktur
Dikatakan observasi tak berstruktur apabila didalam melaksanakan suatu kegiatan observasi tidak menyiapkan daftar terlebih dahulutentang aspek-aspek yang akan diobservasi, maka dalam pencatatan dilakukan langsung oleh pengobservasi dalam suatu kegiatan observasi. Pencatatan langsung seperti itu sebenarnya lebih fleksibel karena memungkinkan adanya variasi yang lebih besar dalam observasi. Pencatatan ini biasanya berupa rekaman tingkah laku responden di dalam situasi tertentu.
2 Daftar Cek (Check List)
Dalam daftar cek, semua aspek yang akan diamati atau diobservasi dijabarkan dalam satu daftar. Sehingga pada saat observasi tinggal membubuhkan tanda ceck atau tanda – tanda lain. Bentuk daftar ini ada yang bersifat individual dan kelompok.
3 Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian hampir sama dengan daftar cek, tetapi aspek yang dicetak ditetapkan dalam bentuk skala. Karena merupakan skala, maka penilaian bergerak dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Misalnya dari selalu sampai tidak pernah atau seorang siswa yang semasa kecilnya rajin setelah dia beranjak dewasa mengenal yang namanya pergaulan sifatnya bias berubah menjadi malas. Bentuk skala penilaian ada dua macam yaitu skala penilaian deskriptif, pada bentuk ini aspek – aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternative, misalnya selalu, sering, jarang, samapi pada titik pernah. Bentuk kedua adalah skala penilaian grafik, pada bentuk ini aspek – aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk bilangan atau kuantitatif, misalnya untuk alternative tertinggi diberi nilai 5 sedangkan untuk alternative terendah diberi skor 1.
4 Angket (Quetioners)
1 Pengertian Questioners
Questioners atau Kuisioner adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan diharapkan pula jawaban dalam bentuk tertulis. Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode kuisioner adalah: data tentang latar belakang individu dan aspek-aspek kepribadian.
2 Jenis-jenis Questioners
1. Menurut Subjek
Menurut subjek atau respondenya, questioners dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Quetioners Langsung
Dikatakan Quetioners tidak langsung apabila responden tersebut adalah orang yang secara langsung kita inginkan datanya. Misalnya apabila kita menginginkan data mengenai cara belajar siswa dirumah, maka quetionersnya kita berikan langsung pada siswa yang bersangkutan.
b. Quetioners Tidak Langsung
Questioner ini merupakan kebalikan dari questioners langsung, karena responden dari Quetioners tak langsung adalah orang lain untuk mendapatkan data tentang orang lain, misalnya: kita menginginkan data tentang cara belajar siswa belajar dirumah, maka questioners dapat kita berikan kepada oang tua atau wali murid untuk mengamati siswa bersangkutan dirumah.
2. Menurut Bnetuk Pertanyaan yang Digunakan
a. Quetioners terbuka
Dikatakan questions terbuka apabila responden diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menuliskan jawaban terhadap suatu pertanyaan tertentu.
b. Questioners Tertutup
Dikatakan questioners tertutup apabila terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disediakan sejumlah alternative jawaban dan respnden hanya memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan. Kelemahan questioners jenis ini adalah, responden terlalu terikat kepada alternative yang telah disediakan, sehingga tidak memungkinkan adanya pilihan lain, melihat kondisi tersebut maka dapat ditempuh dengan jalan kombinasi yaitu menyediakan beberapa baris kosong dibawah alternative yang telah disediakan yang berguna untuk menuliskan jawaban responden apabila jawaban pada alternative kurang cocok baginya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan angket adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan dan penyajian pertanyaan, baik tidaknya sebuah angket tergantung pada penyajian pertanyaannya. Atas dasar itulah dalam penyusunan pertanyaan harus :
a. didahului dengan pengantar, mengemukakan tujuan penyelenggaraan angket dan permintaan untuk menjawab dengan sebenar – benarnya. Pengantar itu hendaknya disusun sedemikian rupa agar responden tidak mempunyai perasaan curiga.
b. dapat dituangkan kedalam bahasa yang jelas dan baik, serta dipahami oleh responden
2. Disusun sedemikian rupa agar tidak menyinggung perasaan responden.
a. Perlu adanya pengecean terhadap jawaban yang telah diberikan oleh responden sebab jawaban yang kita terima itu belum tentu benar semua.
b. Pengolahannya harus direncanakan / dipikirkan sejak membuat atau menyusun pertanyaan – pertanyaan itu.
5 Wawancara (Interview)
1 Pengertian Wawancara (Interview)
Interview adalah suatu cara engumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data atau responden dan responden memberikan jawaban secara lisan juga. Jenis-jenis data yang cocok dikumpulkan dengan menggunakan method interview antara lain: data identitas pribadi, latar belakang keluarga, temperament, karakter, penyesuian, sikap dan minat.
2 Jenis-Jenis Wawancara (Interview)
1. Menurut responden yang diinterview
a. Interview langsung
Dikatakan interview langsung apabila kita langsung mengadakan interview dengan individu yang ingin kita kumpulkan datanya, misalnya: kita ingin mengetahui data mengenai penggunaan waktu luang para siswa di rumah, maka yang kita intervie adalah para siswa yang bersangkutan.
b. Interview tak langsung
Dikatakan interview tidak langsung apabila interview dilakukan terhadap individu tertentu untuk mengetahui data tentang individu lainya, misalnya: untuk mengetahui data tentang penggunaan waktu luang seorang siswi kelas XII/a IPS 3, namun yang kita interview bukanlah siswi tersebut melainkan orang lain yang mengetahui penggunaan waktu luan siswi tersebut seperti orang tua/wali atau teman sepermainannya.
2. Menurut Prosedur Interview
a. Interview Berstruktur
Dikatakan interview berstruktur apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interview tersebut telah disusun dengan jelas dan terinci, catatan yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam interview, dijadikan pegangan oleh penginterview dalam melaksanakan interview (Interview Guide).
b. Interview tak berstruktur
Apabila pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam kegiatan interview tidak disusun secara terinci, oleh karena itu jika dibandingkan dengan interview berstruktur, interview ini lebih fleksibel, dalam arti lebih member kesempatan kepada penginterview untuk mengadakan variasi-variasi dalam pelaksanaan interview.
3. Menurut Situasi Interview
a. Interview Formal
Apabila interview tersebut dilakukan dalam suatu ruangan tertentu yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan interview dan antara penginterview dan interviewee terjalin hubungan yang bersifat resmi.
b. Interview Informal
Apabila interview tersebut dilaksanakan tidak di tempat yang khusus, dan antar penginterview dan interviewee tidak terjalin hubungan yang tidak resmi. Dengan demikian percakapan yang terjadi nampaknya bukan seperti percakapan klien dan konselornya, melainkan seperti percakapan biasa antara dua individual yang bersahabat.
4. Menurut Perencanaan Interview
Interview Berencana, apabila waktu dan tempat interview telah direncanakan terlebih dahulu dan perancanaan tersebut didasarkan atas kesepakatan antara klien dan konselor. Interview Insidental, apabila interview tersebut dilakukan karena kebetulan ada kesempatan yang baik untuk mengadakan interview.
Langkah-langkah yang dilakukan harus diperhatikan dalam wawancara ialah kesiapan, pembukaan, inti wawancara, penutup dan tindak lanjut (Moegeadi,1975)
1. Persiapan, sebelum kita mengadakan wawancara hendaknya lebih dahulu menetapkan data yang kita perlukan. Oleh karna itu pedoman wawancara hendaknya dibuat, dan didalamnya dimuat mengenai tujuan, subjek yang akan diwawancarai, waktu dill tempat berlangsung wawancara itu. Dengan pedoman itu data yang diperoleh akan lebih lengkapdan tersusun secara sistematik.
2. Pendahuluan atau pembukaan, setelah orang yang akan diwawancara berada dalam hadapan kita sampai saat kita mulai dengan mengajukan pertanyaan yang telah kita persiapkan sebelumnya. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan wawancara adalah sebagai berikutnya.
a. Tunjukan sikap yang ramah dan jauhilah sikap menghakimi.
b. Jelaskanlah maksud dan tujuan wawancara agar tidak terjadi prasangka yang negative.
c. Sebelum adanya terrasa adanya hubungan yang baik, janganlah tergesa – gesa mengajukan pertanyaan.
3. Inti wawancara, dalamkesempatan inilah kita mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang penting dan mengarahkan pembicaraan pada tujun yang telah ditetapkan.
4. Penutup, pada penutup wawancara, pewawancara hendaknya mengucapkan terimakasih, sehinga akan tercipta suatu hubungan yang lebih baik dimasa mendatang.
6 Methode Inventori
1. Pengertian Methode Inventori
Methode inventori adalah suatu method pengumpulan data yang berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sebagainya. Inventori adalah salah satu methode yang tergolong method laporan diri (personal report) atau deskripsi diri (Self descriptive), dimana dalam kegiatan inventori ini, responden diharapkan melaporkan tentang keadaan dirinya berdasarkan pertanyaan atau perintah yang terdapat di dalam instrument yang diberikan saat kegiatan inventori dilaksanakan.adapun jenis-jenis data yang cocok dikumpulkan dengan method inventori adalah data tentang: temperament, karakter, penyesuaian, sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan belajar, gambaran diri dan sebagainya.
7. Methode Sosiometri
Penggunaan sosiometri adalah untuk mengetahui gambaran tentang hubungan social atau interaksi social siswa kedalam kelompoknya, yaitu kelas. Melalui alat ini kita dapat mengetahui hubungan social antara wanita dan pria, klik dalam kelasnya, adanya anak terisolir, popular, adanya sahabat karir dan pergaulan anak dalam kelompoknya. Dengan sosiometri ini kita akan mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan layanan bimbingan kepada siswa dalam membantu interaksi sosialnya, sehingga pada akhirnya kita dapat menentukan tindak lanjut dari layanan yang telah diberikan itu.
8. Sumber Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang objektif diperlukan sumber data yang dapat memberikan keterangan , data atau informasi yang dapat dipercaya pula. Untuk itu data yang kita gali hendaknya bukan dari satu pihak saja, tetapi dari berbagai pihak yang mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan bimbingan di sekolah. Oleh karena itu, sumber data yang dapat kita hubungi dalam memperoleh informasi mengenai program bimbingan dan konseling adalah :
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator BP
3. Guru Bidang Study
4. Wali Kelas
5. Staf Sekolah lainnya seperti pegawai Tata Usaha
6. Siswa dan teman terdekat
7. Orang tua dan masyarakat,
8. Serta para ahli atau lembaga tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
Siapa sumber data yang perlu dihubungi ? tentunya disesuaikan dengan data atau informasi yang diperlukan sedangkan yang dapat bertindak sebagai evaluator adalah terutama coordinator bimbingan dan konseling, kepala sekolah, pemilik atau pengawas sekolah.
9. Kriteria Evaluasi
Penilaian terhadap suatu program adalah untuk menentukan suatu kebijakan atau keputusan. Keputusan seseorang kadang – kadang dipengaruhi unsure subjektivitas dirinya, karena itu untuk menghindari unsure subjectivitas diperlukan adanya rumusan criteria sebagai acuan penilaian.
Kriteria evaluasi tergantung pada tujuan dan aspek yang dievaluasikan, apakah untuk mengevaluasi rumusan programnya, kelancaran interaksi komponen – komponen program dalam proses pelaksanaannya, kemampuan professional – professional atau untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai melalui program bimbingan dan konseling di sekolah itu, baik berkenaan dengan diri siswa, guru, kepala sekolah, maupun orang tua dan masyarakat.
Bila evaluasi program bimbingan dan konseling ditujukan untuk menilai semua aspek tersebut di atas, maka diperlukan berbagai jenis dan bentuk kriterianya. Di bawah ini dikemukakan beberapa jenis criteria penilaian yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam membuat keputusan.
1. Kriteria Rumusan Program
Untuk menilai rumusan program bimbingan dan konseling dapat dilihtat dari sjauh mana program itu telah memenuhi persyaratan atau cirri – cirri program bimbingan dan konseling baik ( sebagai mana dikemukakan para alhli).sehubungan dengan kreteria rumusan program, miller ( 1961) mengemukkan bahwa program bimbingan dan konseling yang baik adalah yang bercirikan hal – hal sebagai berikut:
a. Disusun dan dikembangakan berdasarkan kebutuhan data siswa.
b. Diatur menurut skala preoritas berdasarkan kebutuhan siswa.
c. Dikembangkan secara berangsur – angsur dengan melibatkan unsure petugas.
d. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realitis.
e. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara staf pelaksanaan
f. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
g. Penyususnananya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran disekola dan yang bersangkutan .
h. Memberikan kemungkinan pelayanana pada seluruh siswa.
i. Memeperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
j. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu sendiri,kemajuan siswa yang dibimbing,dan kemajuan pengetahuan,keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya.
k. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal:
1) Pelayanan kelompok dan individual
2) Pelayanan yang diberikan oleh masing-masing guru pembimbing
3) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif
4) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling
5) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan
6) Pemberian konseling umum dan khusus
2. Kriteria pelaksanaan program
Bila penilaian terhadap program lebih ditekankan pada aspek material atau bahan masukan (input) yang tersedia,maka penilaian pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditekankan pada teknis interaksi diantara aspek-aspek itu. Beberapa pernyataan yang dapat dijadikan sebagai kreteria evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah sebegai berikut:
a. personel :
1) Semua staf bimbingan telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
2) Kemampuan yang dibutuhkan dari setiap personel mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya
3) Jumlah personel yang ada mencakupi kebutuhan sesuai dengan keadaan siswa
4) Jalur komunikasi/mekanisme kerja yang telah ditetapkan itu mendukung pelaksanaan program secara efektif dari efisien
b. jenis layanan:
1) Setiap jenis layanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
2) Semua siswa telah melayani sesuai dengan kebutuhannya
3) Semua layanan pada pelaksanaanya mengacu pada tujuan dan fungsi yang diharpkan
4) Setiap jenis layanan dalam melaksanakanya sesuai dengan prosedur semestinya
c. fasilitas:
1) Semua alat-alat administrasi yang telah ditentukan tersedia
2) Alat-alat itu digunakan sesuai dengan fungsinya
3) Fasilitas atau alat yng tersedia dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
4) Kulitas setip fasilitas itu dapat menunjang pelaksanaan setiap jenis layanan bimbingan
5) Fasilitas yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan pelaksanaan bimbingan
d. anggaran biaya
1) Anggaran biaya yang dibutuhkan tersedia
2) Pemakaian biaya tidak menyimpang dari rencana semula
3) Biaya diperoleh dari sumber dana yang tetap
3. Kriteria Keberhasilan Program
Keberhasilan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari dampak atau pengaruhnya. Keberhasilan dapat dimanifestasikan dari segi kuantitatif (yang ditandai dengan angka lulusan,keberhasilan di perguruan tinggi,formasi di suatu lembaga pekerjaan/instansi) dan kualitatif yang ditandai dengan perubahan-perubahan dan perkembangan- perkembangan prilaku subjek yang mendapat layanan bimbingan dan konseling.
Subjek utama layanan bimbinganadalah siswa,tetapi dalam perkembanganya tdak berarti layanan bagi subjek lain diabaikan. Layananan bagi subjek yang lain dilakukan karena pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan kegiatan integral dari keseluruhan proses pendidikan. Karena itu keberhasilan layanan bimbingan dan konseling itu pun dapat dilihat dampaknya pada para siswa,guru,kepala sekolah,orang tua siswa dan masyarakat,serta perkembangan sekolah itu sendiri.
Beberapa kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling yang bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan atau keputus adalah sebagai berikut:
a. Kriteria keberhasilan para siswa
Keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah ditandai dengan tercapainya tujuan program bimbingan dan konseling baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum,pelaksanaan program bimbingan konseling disekolah bertujuan agar setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling para siswa dapat mengembangkan:
1) Pemahaman diri dalam kemajuan sekolah
2) Pengetahuan tentang dunia kerja,kesempatan kerja serts merasakan tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu,sesuai dengan tingkat pendidikan yang disyaratkan
3) Kemampuan untuk memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab
Secara khusus,pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling para siswa dapat mengatasi kesulitan dalam:
1) Memahami dirinya
2) Memahami limgkumganya,meliputi lingkungan sekolah,keluarga,dan kehidupan masyarakat yang lebih luas
3) Mengidentifikasi dan memecahkan maslah yang dihadapinya
4) Menyalurkan kemampuan,minat dan bakatnya dalam bidang pendidikan,dan kemungkinaan pekerjaan secara tepat
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatan berhasil apabila para siswa mampu menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan sekolahnya
2) Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya
3) Memahami jenjang pendidikan dan prospek pendidikan yang sedang ditempuh
4) Meningkat dalam pengetahuan,keterampilan dan sikap serta nilai kehidupanya
5) Mempu merencanakan masa depanya,baik yang berhubungan dengan kelanjutan pendidikan maupun dunia kerja yang sesuai dengan bakat,minat,dan kemampuanya
6) Memahami dan menyesuailan diri dengan lingkungan sosial yang dihadapi
b. Kriteria keberhasilan bagi guru
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatakan berhasil apabila para guru menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahuai dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan disekolahnya
2) Berpartisipasi dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan peran dan tanggungjawab sebagai berikut :
a. Bersama-sama merumuskan program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan
b. Menginformasikan dan mengkomunikasikan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah pada para siswa,orang tua, dan masyarakat
c. Menhimpun data tentang siswa dan menyimpanya dengan baik
d. Mengidentifikasi para siswa yang memerlukan bantuan
e. Mengkomunikasikan keadaan siswanya pada konselor
f. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individual
g. Meneliti kemajuan belajar siswa baik disekolah maupun di luar sekolah
3) Memahami para siswa sebagai individu yang unik
4) Membantu memecahkan masalah yang dicapai oleh para siswa
5) meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar
c. Kriteria keberhasilan bagi perkembangan sekolah
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikatakan berhasil apabila ditunjukan dengan:
1) Tercapainya peningkatan keberhasilan da;am proses pembelajaran
2) Tercapinya peningkatan pencapaian tujuan institusional yang ditandai dengan:
a. Tingginya angka lulusan
b. Tingginya angka lulusan yang diterima diperguruan tinggi dan di lapangan pekerjaan
c. Rendahnya anggka yang tinggal kelas dan putus sekoah
d. Meningkatnya perkembangan intelektual,sosial dan personal siswa
3) Menigkatnya animo masyarakat unutuk menyekolahkan putera-puterinya pada sekoah yng bersangkutan
1) Kriteria keberhasilan bagi orang tua dan masyarakat
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatakan keberhasilan apabila orang tua dan masyarakat menunjukan prilaku sebagai berikut :
1) Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang dilaksanakn di sekolah
2) Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling yang ditandai dengan:
a. Memenuhi setiap undangan yang diberikan disekolah,terutama yang berhubungan degan pemecahan maslah yang dihadapi putera-puterinya
b. Membantu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk kelanjutan proses pendidikan pada umunya
c. Mengkomunikasikan perkembangan putera-puterinya,terutam diluar sekolah
d. Meneliti perkembanga putera-puterinya,terutama diluar sekolah
3) Memahami perkembanga putera-puterinya
4) Memahami keberhasilan belajar putera-puterinya
5) Membantu memecahkan masalah yang dihadapi putera-puterinya
6) Menyesuaikan keinginanya dengan kondisi yang dimiliki putera-puterinya,baik untuk kelanjutan studi maupun dalam memasuki kerjaanya
Untuk mempermudah pelaksanaan analisis,seorang penilai dapat melihat sampai seberapa jauh dan sekian kriteria tersebut berdampak dalam prilaku masing-masing subjek layanan. Lebih banyak prilaku yang ditunjukan masing-masing subjek sesuai dengan kriteria di atas,maka gambaran hasil atau dampak pelaksanaan program bimbingan dan konseling bisa dikatakan baik. Cara ini ialah dengan terlebih dahulu menetukan suatu nilai petokan yang harus dicapai,kemudian dibandingkan dengan pecapaianya sendiri.